الحمد لله الذي هدانا إلى الصراط المستقيم و نهانا عن الشرك و العناد اللئيم. و أوعد مَنْ عَمَلَهُ في نار الجحيم. أشهد أن لا اله إلا الله الواحد القهار شهادة تنجينا بها من جميع أعمال الكفار. و أشهد أن سيدنا محمدا عبده و رسوله المختار. أللهم صلِّ و سَلَِّمْ على نور الأنوار و سر الأسرار سيدنا محمد المختار و اله الأطهار و أصحابه الأخيار. أما بعد فيا عباد الله اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون. قال الله تعالى في القرآن الكريم: وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (الأحزاب: 35)
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Marilah kita senantiasa menjaga, memelihara, dan meningkatkan iman serta takwa kita kepada Allah SWT, agar kita bisa memperoleh keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Salah satu wujud keimanan adalah menjaga kehormatan diri bagi seorang wanita. Hal itu karena menjaga kehormatan diri juga berarti menjaga diri dari perbuatan-perbuatan mungkar yang akan merusak keimanan, seperti menjual diri. Jika keimanan seorang wanita telah rusak, maka akan rusak pula hidupnya di dunia maupun di akhirat. Akhirnya, dia pun hanya akan mengalami kesengsaraan di dunia maupun di akhirat.
Salah satu cara menjaga keimanan dan kehormatan diri adalah dengan memupuk rasa malu. Dalam hal ini, Nabi Muhammad pun bersabda,
الْحَيَاءُ مِنَ اْلإِيمَانِ (رواه المسلم)
Malu adalah sebagian dari iman. (H.R. Muslim)
Menurut Ibnu Qutaibah, hal itu karena rasa malu, baik terhadap Allah, orang lain, maupun diri sendiri, akan mencegah seseorang untuk melakukan suatu perbuatan maksiat, sebagaimana keimanan juga mencegahnya. Sebaliknya, jika rasa malu sudah tidak dimiliki, maka besar kemungkinan keimanan dan kehormatan diri juga tidak akan dimiliki. Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَافْعَلْ مَا شِئْتَ (رواه البخاري)
Jika kau sudah tidak malu, lakukanlah apa saja yang kau inginkan. (H.R. Bukhari)
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Seorang perempuan yang betul-betul menjaga kehormatan dirinya tidak akan mudah dirayu oleh kemilau harta. Meskipun ia dihimpit oleh kesengsaraan hidup yang begitu dahsyat, ia tetap tidak akan menggadaikan kehormatan dirinya. Terhormat di mata Allah baginya jauh lebih baik daripada kehormatan semu di mata manusia karena memperolehi harta dengan cara yang nista.
Di zaman sekarang, harta benda seolah menjadi sangat penting bagi hidup seseorang. Karena dianggap begitu penting, maka cara apapun, termasuk cara haram, dilakukan agar bisa memperoleh harta benda tersebut. Di sisi lain, mata hati seolah tertutup sedemikian rupa sehingga menganggap tidak ada lagi pekerjaan halal yang bisa dilakukan selain pekerjaan haram.
Kita harus mendidik dan menjaga wanita-wanita yang menjadi anggota keluarga kita agar tidak terjerumus dalam pekerjaan demikian yang hanya akan menjebloskannya ke dalam api neraka. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا (التحريم: 6)
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS. At-Tahrim: 6)
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Sungguh amat berdosa orang tua yang membiarkan apalagi menyuruh putri kesayangannya melakukan pekerjaan yang tidak senonoh. Sungguh suami yang tidak tahu menghargai harkat wanita jika ia justru menyuruh istrinya bekerja sebagai perempuan nakal. Betapapun mudah dan banyak harta yang diperoleh dengan pekerjaan seperti itu, tetap saja ia adalah hasil dari pekerjaan haram tidak akan pernah menghasilkan keberkahan bagi hidup kita. Harta demikian hanya akan menimbulkan malapetaka yang terkadang tidak kita sadari kapan dan bagaimana malapetaka itu terjadi.
Keindahan dan kecantikan lahiriah merupakan anugerah Allah yang harus disyukuri bagi seorang wanita. Rasa syukur itu bisa diwujudkan dengan cara bertingkah laku yang baik sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Menutup auratnya dengan sopan sehingga menimbulkan rasa hormat bagi orang yang memandangnya. Bukan dengan memamerkan kecantikan dan keindahan tubuhnya dengan berpakaian yang seronok dan tingkah laku yang genit sehingga justru mengundang terjadinya pelecehan. Keindahan fisik harus diikuti pula dengan keindahan hati.
Dalam kenyataannya, terkadang keindahan lahiriah justru dijadikan oleh sebagian wanita sebagai modal untuk melakukan pekerjaan yang tidak senonoh. Tubuh telah menjadi barang dagangan (komoditas) yang harus dipoles sedemikian rupa agar menarik para pembeli. Sungguh hal itu merupakan tindakan yang melecehkan dirinya sendiri. Padahal sesungguhnya, tubuh kita sekalipun adalah ciptaan dan milik Allah. Kita tidaklah memiliki sepenuhnya terhadap tubuh kita. Dengan demikian, kita tidak boleh memperlakukan tubuh kita sekehendak sendiri.
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Aurat seorang wanita merupakan bagian dari rahasia Allah yang tidak boleh dipertunjukkan kepada siapapun kecuali kepada orang yang telah diizinkan Allah, yaitu sang suami. Jika rahasia itu diperlihatkan kepada lelaki selain suaminya yang sah, misalnya karena si perempuan melakukan pekerjaan nista, maka sesungguhnya ia membuka rahasia Allah. Jika seseorang telah membuka rahasia Allah, maka tentu Allah akan murka. Bentuk murka tersebut bisa diwujudkan dengan banyak hal, bisa lewat penyakit kelamin seperti AIDS yang sampai saat ini tidak ada obatnya.
Akhirnya, semoga kita bisa bersama-sama mewujudkan Indramayu menjadi kabupaten yang religius, tidak lagi sebagai daerah tempat gudangnya perempuan-perempuan nakal sebagaimana yang sering diberitakan di media-media massa.
بارك الله لي و لكم بالآيات و الذكر الحكيم و تقبل مني و منكم تلاوته انه هو السميع العليم. و قل رب اغفر و ارحم و أنت خير الراحمين.
ooOoo
الحمد لله حمدا كثيرا كما أمر. و أشكره و قد تأذن بالزيادة لمن شكر. و أشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له. على رغم أنف من جحد به و كفر. و أشهد أن سيدنا محمدا عبده و رسوله سيد البشر. اللهم صل و سلم على عبدك و رسولك محمد و على اله و أصحابه السادة الغرر. أما بعد: فيا أيها الناس اتقوا الله و أبدوا الفساد بالرشاد و قوموا على قدم السداد. قال الله تعال في كتابه الكريم: يا بني ادم قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سوأتكم وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيات اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات. ربنا اغفر لنا و لإخواننا الذين سبقونا بالإيمان و لا تجعل في قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا إنك رؤف رحيم. رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا في ابتغاء فضلك. اللهم أرنا الحق حقا و ارزقنا اتباعه و أرنا الباطل باطلا و ارزقنا اجنتابه. رَبِّنا أَوْزِعْنِا أَنْ نشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَينا وَعَلَى وَالِدَينا وَأَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ. ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار. ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم. عباد الله. إن الله يأمر بالعدل و الإحسان و إيتاء ذي القربى و ينهى عن الفحشاء و المنكر و البغي يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم و اشكروه على نعمه يزدكم و لذكرُ الله أكبر.
Baca selanjutnya..
Tampilkan postingan dengan label Khutbah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khutbah. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 03 Januari 2009
Selasa, 07 Oktober 2008
KENIKMATAN DAN KEBAHAGIAAN
Khutbah Jum'at
الحمد لله الذي مُعِزِّ من أطاعه و اتقاه. و مُذِلِّ من خالف أمره و عصاه. و هادي من تَوَجَّهَ إليه وَ اسْتَهْدَاه. أحمده سبحانه و تعالى حمدا يملأ أرضه و سماه. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له. و لا معبود بحقٍ سواه. شهادة أَدَّخِرُها ليوم لا ينفع فيه والدٌ ولدَه و لا و لدٌ أباه. وَ أَشْهَدُ أَنَّ سيدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الذي اصطفاه و اجتباه. اللهم صل و سلم على عبدك ز رسولك محمد و على اله و أصحابه و من نصره و اتبع هداه. أما بعد: فيا أيها الناس اتقوا الله تعالى فقد فاز من أطاعه و اتقاه. و خسر و خاب من كفر به و عصاه. و اعلموا أن التقوى هي الوقاية من عذاب النار. و انتهوا من الغفلات ة الإغترار. قال الله تعالى في القرآن الكريم: وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ اْلآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ.
Hadirin sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Marilah kita senantiasa berupaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita sepanjang hayat masih dikandung badan. Hal itu karena hidup memang penuh cobaan dan ujian. Jika kita tidak terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan, maka mungkin kita akan terjerumus dalam godaan dan perangkap kehidupan dunia yang fana ini. Kehidupan merupakan ladang ujian yang dipersiapkan oleh Allah untuk melihat kualitas seorang. Allah berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ: الملك: 2)
Artinya: Allah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk: 2)
Setiap orang tentu ingin memperoleh kebahagiaan, kesenangan, dan kenikmatan Mereka pun akhirnya menghabiskan waktu sepanjang hidup dalam upaya untuk memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan. Dalam pencarian terhadap kesenangan dan kebahagiaan itulah, justru banyak orang yang gagal dan akhirnya diperbudak oleh hawa nafsu. Orang yang sangat menyukai minuman keras, misalnya, menghabiskan waktunya sehingga tak terlewat satu hari pun tanpa mabuk-mabukan. Setiap uang hasil jerih payahnya bekerja ia habiskan untuk membeli berbotol-botol minuman keras. Pada saat ia sudah dikuasai oleh hawa nafsunya untuk mabuk-mabukkan itulah, maka justru ia semakin menjauh dari kenikmatan dan kebahagiaan yang ingin ia cari. Justru ia menggali liang kesengsaraannya sendiri. Betapapun, minuman keras pasti akan merusak jiwa dan badannya sendiri, serta menghalangi kita dari mengingat Allah. Allah berfirman:
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ (91)
Artinya: Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al-Maidah: 91)
Hadirin sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Orang-orang pun mencari kebahagiaan melalui berbagai cara. Bagi sebagian orang, mereka rela menghabiskan waktu, pikiran, tenaga, dan harta untuk mencari perempuan yang cantik atau lelaki yang tampan sebagai pasangan hidupnya. Seolah kecantikan atau ketampanan merupakan salah satu ukuran kebahagiaan dan kenikmatan bagi mereka. Mereka mengira bahwa jika mereka telah mendapatkan pasangan hidup yang cantik atau tampan, maka tentu mereka akan senang dan bahagia. Tapi ternyata setelah mereka mampu mendapatkan pasangan yang cantik atau ganteng, ternyata sering kali bukan kebahagiaan dan kesenangan yang mereka peroleh. Yang mereka peroleh justru prahara rumah tangga berkepanjangan yang berujung kepada perceraian. Rasa sakit hati dan penderitaan justru melingkup jiwa mereka. Padahal yang sebenarnya yang perlu dicari adalah kesalehan pribadi, bukan cantik atau gantengnya seseorang. Dalam hal ini, Nabi Muhammad bersabda:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ (رواه مسلم و النسائي و أحمد)
Artinya: Dunia adalah tempat untuk bersenang-senang. Dan sebaik-baik tempat bersenang-senang adalah perempuan yang salehah. (H.R. Muslim, Nasai, dan Ahmad)
Hadirin sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Ada juga sebagian orang yang menganggap bahwa kekayaan itulah yang akan membuat hidup mereka senang dan bahagia. Tak ayal, mereka pun berlomba dan bekerja keras untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya. Mereka mengira, jika sudah kaya raya, dan segala kebutuhan terpenuhi, pastilah mereka akan senang bahagia. Tapi yang sering kali terjadi justru sebaliknya. Saat mereka berlimpah kekayaan, saat itu pula derita demi derita datang menghampiri. Mereka justru disibukkan dengan berbagai cara agar harta tetap mereka miliki dan tidak hilang, sehingga mereka terus diliputi rasa gelisah dan khawatir. Tidur pun tak nyenyak dan hidup tak tenang. Saat sebagian hartanya diambil oleh Allah, baik lewat perampokan, pencurian, penipuan, bencana alam, dan sebagainya, mereka pun dirundung kesedihan.
Padahal kita hanyalah dititipi oleh Allah untuk mengelola harta tersebut dengan sebaik-baiknya demi kebaikan dan mensyukurinya. Sebenarnya secara hakiki, kita tidak pernah bisa memiliki harta. Jangankan harta yang sekarang ada pada kita, seluruh alam semesta dan segala isinya adalah milik Allah semata. Allah berfirman:
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ(ال عمران: 109 )
Artinya: Kepunyaan Allahlah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan. (QS. Ali Imran: 109)
Ada juga sebagian orang yang mengira bahwa jika nafsu berahinya dilampiaskan dengan banyak perempuan cantik, maka saat itulah mereka memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan. Namun justru kebahagiaan yang dicari seolah tak jua datang menghampiri, karena kepuasan berahi tidak akan pernah ada habisnya. Setiap kali nafsu berahinya dituruti, maka nafsu itu terus meminta untuk dituruti dan ditambahi, sehingga akhirnya justru memasung jiwanya. Ia akan terus mencari cara memuaskan hawa nafsunya sehingga menjadi lingkaran setan yang tak berujung. Padahal hawa nafsu akan cenderung menjerumuskan diri kita ke dalam kejahatan, kecuali jika kita mampu mengendalikannya. Allah berfirman:
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي (يوسف: 53)
Artinya: Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. (QS. Yusuf: 53)
Ada juga yang menganggap bahwa kebahagiaan dan kesenangannya adalah dengan menduduki jabatan atau kekuasaan. Ia mengira bahwa jika suatu jabatan ia peroleh, maka ia pun akan senang dan bahagia. Namun justru kebahagiaan yang dicari justru menjadi keresahan yang tak bertepi. Setiap kali suatu jabatan ia peroleh, ia pun hendak mencari lagi jabatan yang lebih tinggi dan lebih luas. Sehingga akhirnya pencarian jabatan itu terus-menerus menghantui jiwanya. Dan ketika suatu jabatan hilang dari tangannya, ia pun diperangkap oleh kesedihan dan keresahan yang tak berkesudahan. Padahal hanya Allah yang sebenarnya Penguasa dan Pemilik kekuasaan seutuhnya. Dialah yang memberi dan mencabut kekuasaan pada makhluk-Nya. Dalam hal ini, Allah berfirman:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (ال عمران: 26)
Artinya: Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran: 26)
Hadirin sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Sebagaimana dikatakan Al-Ghazali dalam Kimia Kebahagiaan, kebahagiaan yang sesungguhnya dan yang tertinggi adalah pertemuan dengan Allah dan bisa menatap wajah-Nya. Hal itu karena Allah adalah pencipta setiap kenikmatan dan kebahagiaan yang ada di alam semesta ini. Sementara setiap kenikmatan dan kebahagiaan yang bersumber pada hal-hal yang bersifat lahiriah, tidaklah akan kekal. Kebahagiaan dan kenikmatan demikian biasanya akan sirna seiring dengan perjalanan waktu. Ia akan berujung pada kebosanan dan kegelisahan. Sementara kebahagiaan pertemuan dengan Allah adalah sesuatu yang bersifat batiniah. Ia tidak akan sirna begitu saja. Ia tidak akan dihinggapi oleh rasa bosan.
Karena itulah, jangan terperangkap dalam pencarian yang tak berujung. Saat kita terus berupaya mengejar kesenangan duniawi, maka sebenarnya kita seolah hendak meminum air samudra. Nabi Isa a.s. bersabda: “Pencinta dunia ini seperti seseorang yang minum air laut; makin banyak minum, makin hauslah ia sampai akhirnya mati akibat kehausan yang tak terpuasi.”
Akhirnya, marilah kita terus bertakwa dan meningkatkan kualitas ketakwaan dan keimanan. Karena dengan meningkatnya kualitas ketakwaan dan keimanan kita, maka pada saat itu pula kebahagiaan hidup semakin banyak kita raih.
بارك الله لي و لكم بالآيات و الذكر الحكيم و تقبل مني و منكم تلاوته انه هو السميع العليم. و قل رب اغفر و ارحم و أنت خير الراحمين.
ooOoo
الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لو لا أن هدانا الله. أشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له. و أشهد أن محمدا عبده و رسوله لا نبي بعده .فيا عباد الله اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون. قال الله تعال في كتابه الكريم: إن الله و ملائكته يصلون على النبي. يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما. اللهم صل على سيدنا محمد و على آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم و على آل إبراهيم. اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات. ربنا اغفر لنا و لإخواننا الذين سبقونا بالإيمان و لا تجعل في قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا إنك رؤف رحيم. رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا في ابتغاء فضلك. اللهم أرنا الحق حقا و ارزقنا اتباعه و ارنا الباطل باطلا و ارزقنا اجنتابه. رَبِّنا أَوْزِعْنِا أَنْ نشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَينا وَعَلَى وَالِدَينا وَأَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ. اللهم افتح مسامع قلوبنا لذكرك و ارزقنا طاعتك و طاعة رسولك و عملا بكتابك. اللهم إنا نعوذبك من قلوب لا تخشع و من دعاء لا يسمع و من نفوس لا تشبع و من علم لا ينفع. اللهم انصر من نصر الدين و اخذل من خذل المسلمين. ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار. سبحانك ربك رب العزة عما يصفون و سلام على المرسلين و الحمد لله رب العالمين. Baca selanjutnya..
الحمد لله الذي مُعِزِّ من أطاعه و اتقاه. و مُذِلِّ من خالف أمره و عصاه. و هادي من تَوَجَّهَ إليه وَ اسْتَهْدَاه. أحمده سبحانه و تعالى حمدا يملأ أرضه و سماه. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له. و لا معبود بحقٍ سواه. شهادة أَدَّخِرُها ليوم لا ينفع فيه والدٌ ولدَه و لا و لدٌ أباه. وَ أَشْهَدُ أَنَّ سيدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الذي اصطفاه و اجتباه. اللهم صل و سلم على عبدك ز رسولك محمد و على اله و أصحابه و من نصره و اتبع هداه. أما بعد: فيا أيها الناس اتقوا الله تعالى فقد فاز من أطاعه و اتقاه. و خسر و خاب من كفر به و عصاه. و اعلموا أن التقوى هي الوقاية من عذاب النار. و انتهوا من الغفلات ة الإغترار. قال الله تعالى في القرآن الكريم: وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ اْلآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ.
Hadirin sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Marilah kita senantiasa berupaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita sepanjang hayat masih dikandung badan. Hal itu karena hidup memang penuh cobaan dan ujian. Jika kita tidak terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan, maka mungkin kita akan terjerumus dalam godaan dan perangkap kehidupan dunia yang fana ini. Kehidupan merupakan ladang ujian yang dipersiapkan oleh Allah untuk melihat kualitas seorang. Allah berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ: الملك: 2)
Artinya: Allah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk: 2)
Setiap orang tentu ingin memperoleh kebahagiaan, kesenangan, dan kenikmatan Mereka pun akhirnya menghabiskan waktu sepanjang hidup dalam upaya untuk memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan. Dalam pencarian terhadap kesenangan dan kebahagiaan itulah, justru banyak orang yang gagal dan akhirnya diperbudak oleh hawa nafsu. Orang yang sangat menyukai minuman keras, misalnya, menghabiskan waktunya sehingga tak terlewat satu hari pun tanpa mabuk-mabukan. Setiap uang hasil jerih payahnya bekerja ia habiskan untuk membeli berbotol-botol minuman keras. Pada saat ia sudah dikuasai oleh hawa nafsunya untuk mabuk-mabukkan itulah, maka justru ia semakin menjauh dari kenikmatan dan kebahagiaan yang ingin ia cari. Justru ia menggali liang kesengsaraannya sendiri. Betapapun, minuman keras pasti akan merusak jiwa dan badannya sendiri, serta menghalangi kita dari mengingat Allah. Allah berfirman:
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ (91)
Artinya: Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al-Maidah: 91)
Hadirin sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Orang-orang pun mencari kebahagiaan melalui berbagai cara. Bagi sebagian orang, mereka rela menghabiskan waktu, pikiran, tenaga, dan harta untuk mencari perempuan yang cantik atau lelaki yang tampan sebagai pasangan hidupnya. Seolah kecantikan atau ketampanan merupakan salah satu ukuran kebahagiaan dan kenikmatan bagi mereka. Mereka mengira bahwa jika mereka telah mendapatkan pasangan hidup yang cantik atau tampan, maka tentu mereka akan senang dan bahagia. Tapi ternyata setelah mereka mampu mendapatkan pasangan yang cantik atau ganteng, ternyata sering kali bukan kebahagiaan dan kesenangan yang mereka peroleh. Yang mereka peroleh justru prahara rumah tangga berkepanjangan yang berujung kepada perceraian. Rasa sakit hati dan penderitaan justru melingkup jiwa mereka. Padahal yang sebenarnya yang perlu dicari adalah kesalehan pribadi, bukan cantik atau gantengnya seseorang. Dalam hal ini, Nabi Muhammad bersabda:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ (رواه مسلم و النسائي و أحمد)
Artinya: Dunia adalah tempat untuk bersenang-senang. Dan sebaik-baik tempat bersenang-senang adalah perempuan yang salehah. (H.R. Muslim, Nasai, dan Ahmad)
Hadirin sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Ada juga sebagian orang yang menganggap bahwa kekayaan itulah yang akan membuat hidup mereka senang dan bahagia. Tak ayal, mereka pun berlomba dan bekerja keras untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya. Mereka mengira, jika sudah kaya raya, dan segala kebutuhan terpenuhi, pastilah mereka akan senang bahagia. Tapi yang sering kali terjadi justru sebaliknya. Saat mereka berlimpah kekayaan, saat itu pula derita demi derita datang menghampiri. Mereka justru disibukkan dengan berbagai cara agar harta tetap mereka miliki dan tidak hilang, sehingga mereka terus diliputi rasa gelisah dan khawatir. Tidur pun tak nyenyak dan hidup tak tenang. Saat sebagian hartanya diambil oleh Allah, baik lewat perampokan, pencurian, penipuan, bencana alam, dan sebagainya, mereka pun dirundung kesedihan.
Padahal kita hanyalah dititipi oleh Allah untuk mengelola harta tersebut dengan sebaik-baiknya demi kebaikan dan mensyukurinya. Sebenarnya secara hakiki, kita tidak pernah bisa memiliki harta. Jangankan harta yang sekarang ada pada kita, seluruh alam semesta dan segala isinya adalah milik Allah semata. Allah berfirman:
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ(ال عمران: 109 )
Artinya: Kepunyaan Allahlah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan. (QS. Ali Imran: 109)
Ada juga sebagian orang yang mengira bahwa jika nafsu berahinya dilampiaskan dengan banyak perempuan cantik, maka saat itulah mereka memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan. Namun justru kebahagiaan yang dicari seolah tak jua datang menghampiri, karena kepuasan berahi tidak akan pernah ada habisnya. Setiap kali nafsu berahinya dituruti, maka nafsu itu terus meminta untuk dituruti dan ditambahi, sehingga akhirnya justru memasung jiwanya. Ia akan terus mencari cara memuaskan hawa nafsunya sehingga menjadi lingkaran setan yang tak berujung. Padahal hawa nafsu akan cenderung menjerumuskan diri kita ke dalam kejahatan, kecuali jika kita mampu mengendalikannya. Allah berfirman:
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي (يوسف: 53)
Artinya: Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. (QS. Yusuf: 53)
Ada juga yang menganggap bahwa kebahagiaan dan kesenangannya adalah dengan menduduki jabatan atau kekuasaan. Ia mengira bahwa jika suatu jabatan ia peroleh, maka ia pun akan senang dan bahagia. Namun justru kebahagiaan yang dicari justru menjadi keresahan yang tak bertepi. Setiap kali suatu jabatan ia peroleh, ia pun hendak mencari lagi jabatan yang lebih tinggi dan lebih luas. Sehingga akhirnya pencarian jabatan itu terus-menerus menghantui jiwanya. Dan ketika suatu jabatan hilang dari tangannya, ia pun diperangkap oleh kesedihan dan keresahan yang tak berkesudahan. Padahal hanya Allah yang sebenarnya Penguasa dan Pemilik kekuasaan seutuhnya. Dialah yang memberi dan mencabut kekuasaan pada makhluk-Nya. Dalam hal ini, Allah berfirman:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (ال عمران: 26)
Artinya: Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran: 26)
Hadirin sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Sebagaimana dikatakan Al-Ghazali dalam Kimia Kebahagiaan, kebahagiaan yang sesungguhnya dan yang tertinggi adalah pertemuan dengan Allah dan bisa menatap wajah-Nya. Hal itu karena Allah adalah pencipta setiap kenikmatan dan kebahagiaan yang ada di alam semesta ini. Sementara setiap kenikmatan dan kebahagiaan yang bersumber pada hal-hal yang bersifat lahiriah, tidaklah akan kekal. Kebahagiaan dan kenikmatan demikian biasanya akan sirna seiring dengan perjalanan waktu. Ia akan berujung pada kebosanan dan kegelisahan. Sementara kebahagiaan pertemuan dengan Allah adalah sesuatu yang bersifat batiniah. Ia tidak akan sirna begitu saja. Ia tidak akan dihinggapi oleh rasa bosan.
Karena itulah, jangan terperangkap dalam pencarian yang tak berujung. Saat kita terus berupaya mengejar kesenangan duniawi, maka sebenarnya kita seolah hendak meminum air samudra. Nabi Isa a.s. bersabda: “Pencinta dunia ini seperti seseorang yang minum air laut; makin banyak minum, makin hauslah ia sampai akhirnya mati akibat kehausan yang tak terpuasi.”
Akhirnya, marilah kita terus bertakwa dan meningkatkan kualitas ketakwaan dan keimanan. Karena dengan meningkatnya kualitas ketakwaan dan keimanan kita, maka pada saat itu pula kebahagiaan hidup semakin banyak kita raih.
بارك الله لي و لكم بالآيات و الذكر الحكيم و تقبل مني و منكم تلاوته انه هو السميع العليم. و قل رب اغفر و ارحم و أنت خير الراحمين.
ooOoo
الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لو لا أن هدانا الله. أشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له. و أشهد أن محمدا عبده و رسوله لا نبي بعده .فيا عباد الله اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون. قال الله تعال في كتابه الكريم: إن الله و ملائكته يصلون على النبي. يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما. اللهم صل على سيدنا محمد و على آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم و على آل إبراهيم. اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات. ربنا اغفر لنا و لإخواننا الذين سبقونا بالإيمان و لا تجعل في قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا إنك رؤف رحيم. رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا في ابتغاء فضلك. اللهم أرنا الحق حقا و ارزقنا اتباعه و ارنا الباطل باطلا و ارزقنا اجنتابه. رَبِّنا أَوْزِعْنِا أَنْ نشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَينا وَعَلَى وَالِدَينا وَأَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ. اللهم افتح مسامع قلوبنا لذكرك و ارزقنا طاعتك و طاعة رسولك و عملا بكتابك. اللهم إنا نعوذبك من قلوب لا تخشع و من دعاء لا يسمع و من نفوس لا تشبع و من علم لا ينفع. اللهم انصر من نصر الدين و اخذل من خذل المسلمين. ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار. سبحانك ربك رب العزة عما يصفون و سلام على المرسلين و الحمد لله رب العالمين. Baca selanjutnya..
Kategori
Khutbah
Jumat, 26 September 2008
Islam dan Korupsi
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَ دِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلىَ الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. وَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ اَلِهِ وَ صَحْبِه أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ: فَياَ عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا لاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ باِلْبَاطِلِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ.
Hadirin sidang Jumat yang mulia
Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah. Karena keimanan dan ketakwaan kita bukanlah suatu hal yang tetap dan tidak bisa berubah. Iman dan takwa bisa mengalami perubahan, naik atau turun, bertambah atau berkurang. Karena itulah, kita pun harus senantiasa menjaga, memperbaharui, dan meningkatkan iman serta takwa kita. Apalagi di tengah zaman yang semakin menghalalkan segala cara, kita tidak pernah tahu, apakah besok kita masih tergolong orang yang beriman atau justru terjerumus ke dalam lubang kekafiran. Maka dari itu, hanya kepada Allah sajalah kita memohon, agar senantiasa memperoleh taufiq dan hidayah-Nya.
Sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Salah satu upaya kita menjaga keimanan dan ketakwaan kita adalah dengan cara mencari harta yang halal. Dengan kata lain, harta yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya diperoleh dari cara-cara yang sesuai dengan ketentuan agama dan negara. Sebaliknya, Allah pun melarang kita menggunakan cara-cara batil (melanggar hukum) dalam memperoleh harta. Allah berfirman:
وَلاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (البقرة: 188)
Dan janganlah sebagian kalian memakan harta orang lain dengan cara yang batil dan (janganlah) kalian membawa (urusan) harta itu kepada hakim, agar kalian dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan cara licik, padahal kalian menyadari. (QS. al-Baqarah: 188)
Harta yang diperoleh dengan cara yang bersih dan halal, akan mendatangkan ketenteraman dan ketenangan meskipun jumlahnya sedikit. Apalagi jika harta yang bersih dan halal itu, disikapi dengan rasa syukur kepada Allah, Dzat yang Maha Kaya dan Maha Pemberi Rizki.
Sidang Jum’at, jama’ah Islamiyah yang dimuliakan Allah
Salah satu cara tidak halal dalam memperoleh harta adalah korupsi. Namun justeru sekarang korupsi merupakan salah satu bentuk kejahatan yang banyak terjadi. Jika pada pemerintahan beberapa waktu silam, korupsi hanya terjadi pada segelintir orang yang dekat dengan pusat kekuasaan negara, maka saat ini ia menjadi kejahatan yang terjadi nyaris di semua lembaga di negeri ini, mulai dari yang paling bawah di tingkat desa, hingga paling atas di tingkat pusat.
Meski banyak merugikan negara dan kemaslahatan umat, para pelaku korupsi di negeri ini justru banyak yang terlepas dari jeratan hukum. Pada ayat di atas, Allah sendiri telah mensinyalir adanya orang yang membawa persoalannya ke pengadilan, namun ia tidak bermaksud untuk mencari keadilan. Pengadilan itu justru ia manfaatkan guna membebaskan dirinya dari jeratan hukum dan membuatnya seolah berhak untuk mengambil harta yang bukan miliknya. Saat itulah, pengadilan pun sudah bisa dibeli. Sungguh rasa keadilan masyarakat seolah tercabik-cabik. Jika seorang pencuri ayam, bisa langsung ditangkap atau bahkan dihakimi massa, maka pencuri uang negara milyaran rupiah, bahkan ada yang sampai trilyun, bisa dengan mudah lepas, tanpa menjalani hukuman apapun! Dan juga yang sangat menyakitkan, terkadang para koruptor itu justru tetap menjadi pemimpin-pemimpin kita; tampil di tengah-tengah masyarakat seolah tidak merasa berdosa apapun.
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Kita sebagai umat Islam, bagaimanapun telah diajarkan oleh Nabi SAW untuk menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran; termasuk mencegah kemungkaran dalam bentuk korupsi. Dalam sebuah hadis beliau bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ (وواه مسلم)
Barangsiapa di antara kalian yang mengetahui suatu kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangan (kekuasaan)-nya. Jika ia tidak mampu (merubah dengan tangannya), maka rubahlah dengan lisannya. Jika ia juga tidak mampu (merubah dengan lisannya), maka rubahlah dengan hatinya. Dan itu merupakan selemah-lemahnya iman. (H.R. Muslim).
Kita harus mencegah kejahatan korupsi sesuai dengan kemampuan kita masing-masing sesuai dengan urut-urutan pencegahan yang diajarkan oleh Nabi di atas. Jika kita sebagai rakyat kecil yang tidak memiliki kekuasaan dan jabatan apapun, maka paling tidak kita menolak kemungkaran itu di dalam hati. Namun itu adalah jalan terakhir jika dua cara pencegahan sebelumnya, dengan tangan dan lisan, tidak mampu kita lakukan. Penolakan di dalam hati itu merupakan wujud selemah-lemahnya iman.
Sebagai bagian dari masyarakat, kita tidak bisa bersikap masa bodoh dengan kemungkaran-kemungkaran tersebut. Kita tidak bisa berlindung di balik alasan: “Masalah negara sudah yang memikirkan. Kita sebagai rakyat kecil tidak perlu pusing-pusing memikirkannya.” Tidak! Kita tidak boleh beralasan seperti itu, karena kita semua sama-sama ikut bertanggung jawab terhadap baik buruknya masyarakat dan negara. Jika kita membiarkan saja kemungkaran-kemungkaran itu terjadi di depan mata kita, maka berarti kita membiarkan masyarakat kita menjadi rusak. Jika masyarakat telah rusak, maka azab Allah tidak hanya menimpa kepada orang-orang yang melakukan kejahatan saja, tapi juga orang-orang baik yang tidak melakukan apa-apa. Sebagaimana jika kita membiarkan para pencuri menebangi kayu-kayu jati di Alas Cikamurang sehingga hutan kita menjadi gundul, maka banjir yang akan datang tidak hanya menimpa para pencuri itu, tapi kita semua akan merasakan kerugiannya, termasuk anak-anak, ternak, sawah, dan harta benda lain yang kita miliki. Karena itulah, Allah berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (الأنفال:25)
Dan peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (Qs. Al-Anfal: 25).
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Sebenarnya masih ada cara yang bisa kita lakukan sebagai rakyat kecil dalam menghadapi kemungkaran-kemungkaran tersebut. Masih ada cara minimal yang bisa dilakukan oleh umat Islam sebagai wujud pencegahan kemungkaran. Misalnya, cara itu adalah dengan tidak memilih dan mengangkat para pemimpin yang dicurigai terlibat korupsi. Bagaimana mungkin kita berharap masyarakat menjadi lebih baik, adil, dan sejahtera jika pemimpin yang kita pilih adalah orang yang tidak jujur dan tidak bisa mengemban amanah?! Sungguh sangat naif jika kita memilih orang-orang semacam itu sebagai pemimpin.
Di samping itu, jangan kita mau menerima sumbangan dalam bentuk apapun dari para pejabat yang diduga kuat banyak melakukan tindak korupsi. Kita baru menerima sumbangan itu jika kita mengetahui persis bahwa sumbangan tersebut merupakan hartanya pribadi yang diperoleh secara halal dan tidak melanggar hukum. Atau kita bisa menerima sumbangan tersebut jika kita mengetahui persis bahwa sumbangan itu memang diperuntukkan dan dianggarkan secara resmi untuk diri kita atau lembaga kita.
Jika kita mau menerima sumbangan dari seorang pejabat yang diduga kuat banyak melakukan tindak korupsi, misalnya untuk lembaga pendidikan atau keagamaan yang kita kelola, maka sadar atau tidak kita berarti telah menggunakan uang haram, atau paling tidak syubhat. Kemudian, jika sesuatu dibiayai dengan uang haram, maka ia tidak akan berjalan dengan baik. Selain itu, jika kita menerima sumbangan dari para pejabat korup itu, maka tanpa sadar kita seolah menghalalkan tindakan korupsi yang ia lakukan. Dengan kata lain, secara tidak langsung kita menghalalkan sesuatu yang sebenarnya haram. Dalam kaitan tersebut, Nabi menjelaskan:
َالْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُورٌ مُشْتَبِهَةٌ فَمَنْ تَرَكَ مَا شُبِّهَ عَلَيْهِ مِن الإِثْمِ كَانَ لِمَا اسْتَبَانَ أَتْرَكَ وَمَنْ اجْتَرَأَ عَلَى مَا يَشُكُّ فِيهِ مِنْ الْإِثْمِ أَوْشَكَ أَنْ يُوَاقِعَ مَا اسْتَبَانَ وَالْمَعَاصِي حِمَى اللهِ مَنْ يَرْتَعْ حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ (رواه البخاري)
Halal itu jelas dan haram itu juga jelas. Sedang yang berada di antara keduanya adalah hal-hal yang subhat (samar). Maka barangsiapa meninggalkan hal-hal yang subhat, maka berarti ia telah meninggalkan sesuatu yang telah jelas haram. Barangsiapa yang berani melakukan sesuatu yang diduga termasuk dosa, maka berarti ia nyaris tergelincir melakukan sesuatu yang jelas haram. Dan kemaksiatan adalah larangan Allah. Barangsiapa yang mendekati larangan tersebut, berarti ia nyaris tergelincir melakukan larangan tersebut. (H.R. Bukhari).
Hadirin sidang Jum’at rahimakumullah
Sekali lagi kita marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita. Salah satunya adalah dengan cara mencari harta yang halal; lantas mensyukuri dan mengelolanya dengan sebaik mungkin. Di antara cara mensyukuri anugerah harta yang diberikan oleh Allah tersebut adalah dengan cara mengeluarkan zakat atau sedekah. Harta yang kita miliki akan diberkahi Allah jika ia bisa bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Karena itulah, mumpung mesjid kita ini sedang melaksanakan proyek pembangunan madrasah, maka marilah kita berlomba-lomba menyumbangkan sebagian harta kita untuk kegiatan tersebut.
Harta yang disumbangkan tersebut kelak akan menjadi amal jariah yang akan menolong kita di akhirat nanti. Harta yang kita sumbangkan dengan tulus ikhlas merupakan ungkapan terima kasih kita kepada Allah yang telah memberikannya kepada kita. Jika kita mengurangi jumlah harta kita, karena menyumbangkannya di jalan Allah, maka tanpa kita sadar, sesungguhnya Allah akan menambah jumlah harta kita melebihi dari jumlah yang telah kita sumbangkan. Hal itu Allah tegaskan dalam firman-Nya:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيم ٌ(البقرة: 261)
Perumpamaan orang-orang yang menyumbangkan hartanya di jalan Allah adalah laksana menanam sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir berisi seratus biji. Begitulah, Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapapun yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Baqarah: 261).
باَرَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ بِاْلأَياَتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ مِنيِّ وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَ قُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى هَدَانَا لِهَذَا وَماَ كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ اَنْ هَدَاناَ اللهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ إِلاَّ الله وحده لا شريك له. وَ أَشْهَد أن محمدا عبده و رسوله لا نيي بعده. قال الله تَعَالىَ فِي كِتَابِه الكريم: ان الله و ملائكته يصلون على النبي. يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما. اللهم صل على سيدنا محمد و على ال سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم و على ال إبراهيم. اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الاحياء منهم و الاموات. ربنا اغفر لنا و لإخواننا الذين سبقونا بِاْلإِيْمَانِ و لا تجعل فى قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا إنك رؤف رحيم. رب اغفر لنا ولوالدينا ولمن دخل بيوتنا مؤمنين وللمؤمنين والمؤمنات ولا تزد الظالمين إلا تبارا. اللهم أصلح لنا ديننا الذى هو عصمة أمرنا و أصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا و أصلح لنا آخرتنا التي فيها معادنا و اجعل الحياة زيادة لنا في كل خير و اجعل الموت راحة لنا من كل شر. ربنا اتنا فى الدنيا حسنة و فى الأخرة حسنة و قنا عذاب النار. سبحانك ربك رب العزة عما يصفون و سلام على المرسلين و الحمد لله رب العالمين. Baca selanjutnya..
Hadirin sidang Jumat yang mulia
Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah. Karena keimanan dan ketakwaan kita bukanlah suatu hal yang tetap dan tidak bisa berubah. Iman dan takwa bisa mengalami perubahan, naik atau turun, bertambah atau berkurang. Karena itulah, kita pun harus senantiasa menjaga, memperbaharui, dan meningkatkan iman serta takwa kita. Apalagi di tengah zaman yang semakin menghalalkan segala cara, kita tidak pernah tahu, apakah besok kita masih tergolong orang yang beriman atau justru terjerumus ke dalam lubang kekafiran. Maka dari itu, hanya kepada Allah sajalah kita memohon, agar senantiasa memperoleh taufiq dan hidayah-Nya.
Sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Salah satu upaya kita menjaga keimanan dan ketakwaan kita adalah dengan cara mencari harta yang halal. Dengan kata lain, harta yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya diperoleh dari cara-cara yang sesuai dengan ketentuan agama dan negara. Sebaliknya, Allah pun melarang kita menggunakan cara-cara batil (melanggar hukum) dalam memperoleh harta. Allah berfirman:
وَلاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (البقرة: 188)
Dan janganlah sebagian kalian memakan harta orang lain dengan cara yang batil dan (janganlah) kalian membawa (urusan) harta itu kepada hakim, agar kalian dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan cara licik, padahal kalian menyadari. (QS. al-Baqarah: 188)
Harta yang diperoleh dengan cara yang bersih dan halal, akan mendatangkan ketenteraman dan ketenangan meskipun jumlahnya sedikit. Apalagi jika harta yang bersih dan halal itu, disikapi dengan rasa syukur kepada Allah, Dzat yang Maha Kaya dan Maha Pemberi Rizki.
Sidang Jum’at, jama’ah Islamiyah yang dimuliakan Allah
Salah satu cara tidak halal dalam memperoleh harta adalah korupsi. Namun justeru sekarang korupsi merupakan salah satu bentuk kejahatan yang banyak terjadi. Jika pada pemerintahan beberapa waktu silam, korupsi hanya terjadi pada segelintir orang yang dekat dengan pusat kekuasaan negara, maka saat ini ia menjadi kejahatan yang terjadi nyaris di semua lembaga di negeri ini, mulai dari yang paling bawah di tingkat desa, hingga paling atas di tingkat pusat.
Meski banyak merugikan negara dan kemaslahatan umat, para pelaku korupsi di negeri ini justru banyak yang terlepas dari jeratan hukum. Pada ayat di atas, Allah sendiri telah mensinyalir adanya orang yang membawa persoalannya ke pengadilan, namun ia tidak bermaksud untuk mencari keadilan. Pengadilan itu justru ia manfaatkan guna membebaskan dirinya dari jeratan hukum dan membuatnya seolah berhak untuk mengambil harta yang bukan miliknya. Saat itulah, pengadilan pun sudah bisa dibeli. Sungguh rasa keadilan masyarakat seolah tercabik-cabik. Jika seorang pencuri ayam, bisa langsung ditangkap atau bahkan dihakimi massa, maka pencuri uang negara milyaran rupiah, bahkan ada yang sampai trilyun, bisa dengan mudah lepas, tanpa menjalani hukuman apapun! Dan juga yang sangat menyakitkan, terkadang para koruptor itu justru tetap menjadi pemimpin-pemimpin kita; tampil di tengah-tengah masyarakat seolah tidak merasa berdosa apapun.
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Kita sebagai umat Islam, bagaimanapun telah diajarkan oleh Nabi SAW untuk menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran; termasuk mencegah kemungkaran dalam bentuk korupsi. Dalam sebuah hadis beliau bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ (وواه مسلم)
Barangsiapa di antara kalian yang mengetahui suatu kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangan (kekuasaan)-nya. Jika ia tidak mampu (merubah dengan tangannya), maka rubahlah dengan lisannya. Jika ia juga tidak mampu (merubah dengan lisannya), maka rubahlah dengan hatinya. Dan itu merupakan selemah-lemahnya iman. (H.R. Muslim).
Kita harus mencegah kejahatan korupsi sesuai dengan kemampuan kita masing-masing sesuai dengan urut-urutan pencegahan yang diajarkan oleh Nabi di atas. Jika kita sebagai rakyat kecil yang tidak memiliki kekuasaan dan jabatan apapun, maka paling tidak kita menolak kemungkaran itu di dalam hati. Namun itu adalah jalan terakhir jika dua cara pencegahan sebelumnya, dengan tangan dan lisan, tidak mampu kita lakukan. Penolakan di dalam hati itu merupakan wujud selemah-lemahnya iman.
Sebagai bagian dari masyarakat, kita tidak bisa bersikap masa bodoh dengan kemungkaran-kemungkaran tersebut. Kita tidak bisa berlindung di balik alasan: “Masalah negara sudah yang memikirkan. Kita sebagai rakyat kecil tidak perlu pusing-pusing memikirkannya.” Tidak! Kita tidak boleh beralasan seperti itu, karena kita semua sama-sama ikut bertanggung jawab terhadap baik buruknya masyarakat dan negara. Jika kita membiarkan saja kemungkaran-kemungkaran itu terjadi di depan mata kita, maka berarti kita membiarkan masyarakat kita menjadi rusak. Jika masyarakat telah rusak, maka azab Allah tidak hanya menimpa kepada orang-orang yang melakukan kejahatan saja, tapi juga orang-orang baik yang tidak melakukan apa-apa. Sebagaimana jika kita membiarkan para pencuri menebangi kayu-kayu jati di Alas Cikamurang sehingga hutan kita menjadi gundul, maka banjir yang akan datang tidak hanya menimpa para pencuri itu, tapi kita semua akan merasakan kerugiannya, termasuk anak-anak, ternak, sawah, dan harta benda lain yang kita miliki. Karena itulah, Allah berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (الأنفال:25)
Dan peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (Qs. Al-Anfal: 25).
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Sebenarnya masih ada cara yang bisa kita lakukan sebagai rakyat kecil dalam menghadapi kemungkaran-kemungkaran tersebut. Masih ada cara minimal yang bisa dilakukan oleh umat Islam sebagai wujud pencegahan kemungkaran. Misalnya, cara itu adalah dengan tidak memilih dan mengangkat para pemimpin yang dicurigai terlibat korupsi. Bagaimana mungkin kita berharap masyarakat menjadi lebih baik, adil, dan sejahtera jika pemimpin yang kita pilih adalah orang yang tidak jujur dan tidak bisa mengemban amanah?! Sungguh sangat naif jika kita memilih orang-orang semacam itu sebagai pemimpin.
Di samping itu, jangan kita mau menerima sumbangan dalam bentuk apapun dari para pejabat yang diduga kuat banyak melakukan tindak korupsi. Kita baru menerima sumbangan itu jika kita mengetahui persis bahwa sumbangan tersebut merupakan hartanya pribadi yang diperoleh secara halal dan tidak melanggar hukum. Atau kita bisa menerima sumbangan tersebut jika kita mengetahui persis bahwa sumbangan itu memang diperuntukkan dan dianggarkan secara resmi untuk diri kita atau lembaga kita.
Jika kita mau menerima sumbangan dari seorang pejabat yang diduga kuat banyak melakukan tindak korupsi, misalnya untuk lembaga pendidikan atau keagamaan yang kita kelola, maka sadar atau tidak kita berarti telah menggunakan uang haram, atau paling tidak syubhat. Kemudian, jika sesuatu dibiayai dengan uang haram, maka ia tidak akan berjalan dengan baik. Selain itu, jika kita menerima sumbangan dari para pejabat korup itu, maka tanpa sadar kita seolah menghalalkan tindakan korupsi yang ia lakukan. Dengan kata lain, secara tidak langsung kita menghalalkan sesuatu yang sebenarnya haram. Dalam kaitan tersebut, Nabi menjelaskan:
َالْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُورٌ مُشْتَبِهَةٌ فَمَنْ تَرَكَ مَا شُبِّهَ عَلَيْهِ مِن الإِثْمِ كَانَ لِمَا اسْتَبَانَ أَتْرَكَ وَمَنْ اجْتَرَأَ عَلَى مَا يَشُكُّ فِيهِ مِنْ الْإِثْمِ أَوْشَكَ أَنْ يُوَاقِعَ مَا اسْتَبَانَ وَالْمَعَاصِي حِمَى اللهِ مَنْ يَرْتَعْ حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ (رواه البخاري)
Halal itu jelas dan haram itu juga jelas. Sedang yang berada di antara keduanya adalah hal-hal yang subhat (samar). Maka barangsiapa meninggalkan hal-hal yang subhat, maka berarti ia telah meninggalkan sesuatu yang telah jelas haram. Barangsiapa yang berani melakukan sesuatu yang diduga termasuk dosa, maka berarti ia nyaris tergelincir melakukan sesuatu yang jelas haram. Dan kemaksiatan adalah larangan Allah. Barangsiapa yang mendekati larangan tersebut, berarti ia nyaris tergelincir melakukan larangan tersebut. (H.R. Bukhari).
Hadirin sidang Jum’at rahimakumullah
Sekali lagi kita marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita. Salah satunya adalah dengan cara mencari harta yang halal; lantas mensyukuri dan mengelolanya dengan sebaik mungkin. Di antara cara mensyukuri anugerah harta yang diberikan oleh Allah tersebut adalah dengan cara mengeluarkan zakat atau sedekah. Harta yang kita miliki akan diberkahi Allah jika ia bisa bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Karena itulah, mumpung mesjid kita ini sedang melaksanakan proyek pembangunan madrasah, maka marilah kita berlomba-lomba menyumbangkan sebagian harta kita untuk kegiatan tersebut.
Harta yang disumbangkan tersebut kelak akan menjadi amal jariah yang akan menolong kita di akhirat nanti. Harta yang kita sumbangkan dengan tulus ikhlas merupakan ungkapan terima kasih kita kepada Allah yang telah memberikannya kepada kita. Jika kita mengurangi jumlah harta kita, karena menyumbangkannya di jalan Allah, maka tanpa kita sadar, sesungguhnya Allah akan menambah jumlah harta kita melebihi dari jumlah yang telah kita sumbangkan. Hal itu Allah tegaskan dalam firman-Nya:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيم ٌ(البقرة: 261)
Perumpamaan orang-orang yang menyumbangkan hartanya di jalan Allah adalah laksana menanam sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir berisi seratus biji. Begitulah, Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapapun yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Baqarah: 261).
باَرَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ بِاْلأَياَتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ مِنيِّ وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَ قُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى هَدَانَا لِهَذَا وَماَ كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ اَنْ هَدَاناَ اللهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ إِلاَّ الله وحده لا شريك له. وَ أَشْهَد أن محمدا عبده و رسوله لا نيي بعده. قال الله تَعَالىَ فِي كِتَابِه الكريم: ان الله و ملائكته يصلون على النبي. يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما. اللهم صل على سيدنا محمد و على ال سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم و على ال إبراهيم. اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الاحياء منهم و الاموات. ربنا اغفر لنا و لإخواننا الذين سبقونا بِاْلإِيْمَانِ و لا تجعل فى قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا إنك رؤف رحيم. رب اغفر لنا ولوالدينا ولمن دخل بيوتنا مؤمنين وللمؤمنين والمؤمنات ولا تزد الظالمين إلا تبارا. اللهم أصلح لنا ديننا الذى هو عصمة أمرنا و أصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا و أصلح لنا آخرتنا التي فيها معادنا و اجعل الحياة زيادة لنا في كل خير و اجعل الموت راحة لنا من كل شر. ربنا اتنا فى الدنيا حسنة و فى الأخرة حسنة و قنا عذاب النار. سبحانك ربك رب العزة عما يصفون و سلام على المرسلين و الحمد لله رب العالمين. Baca selanjutnya..
Kategori
Khutbah
Langganan:
Postingan (Atom)