Selasa, 30 Desember 2008

Tragedi Palestina: Potret Kelemahan Umat Islam

Tiga hari lalu, lagi-lagi Israel menyerang Jalur Gaza. Lebih 250 orang jadi korban kebiadaban negeri Yahudi itu. Serangan mendadak Israel tersebut merupakan kado pahit saat orang Islam merayakan Tahun Baru Islam 1430 H dan kado Natal yang mengerikan bagi orang Nasrani Palestina.
Kondisi umat Islam di Palestina adalah potret yang terang benderang betapa lemahnya umat Islam di hadapan negara zionis Israel. Bahkan dunia internasional juga tak kalah lemahnya dalam menghadapi kebiadaban Israel. PBB tak ubahnya macan ompong di mata Israel. Seruan dan resolusi PBB tak pernah digubris negara itu.
Aku terkadang tercenung, kapan umat Islam bisa bersatu padu dan menjadi kekuatan dunia sehingga bisa melindungi saudara-saudara mereka di Palestina lantas mengusir Israel dari tanah Palestina. Kapan? Mudah-mudahan saya tidak sedang bermimpi.
Orang Yahudi memang sulit dipercayai. Hal itu sudah jelas ditegaskan dalam Alquran. Bahkan Nabi Muhammad sendiri merasakan betapa sakitnya pengkhianatan kaum Yahudi Quraizhah. Perjanjian demi perjanjian seolah tak ada artinya di mata orang Yahudi. Sungguh aneh jika kelompok Fatah Palestina masih juga mempercayai Israel Yahudi padahal berkali-kali dikhianati.
Saya yakin, Tuhan tidak pernah tidur atau berpangku tangan saat terjadi berbagai penindasan dan ketidakadilan di muka bumi ini. Kalau tidak ada kekuasaan Tuhan yang mengendalikan dunia ini, pasti dunia sudah hancur dari dulu oleh tangan-tangan para tiran. Demikian kata Quran. Jadi, aku masih berfikir positif terhadap Tuhan. Aku tidak jadi atheis hanya karena tidak mengetahui bagaimana wujud kekuasaan Tuhan dalam mengendalikan alam semesta ini.
Mungkin orang-orang Islam masih suka cakar-cakaran sendiri. Para pemimpin Islam masih sibuk dengan kekuasaannya sendiri. Masih suka diadu domba oleh Amerika. Atau masih suka menjadi kacung Amerika.
Ah, sekali lagi, aku berharap suatu saat kelak orang Islam memiliki kekuatan ekonomi, militer, teknologi. Dengan demikian, ayo kita hadapi Amerika dan Israel dengan kepala tegak! Saya berharap suatu saat, umat Islam memilki kekuatan militer yang disegani sehingga Israel berfikir seribu kali untuk melakukan agresi ke Palestina. Ada sejumput optimisme dengan bangkitnya Iran di hadapan kecongkakan Israel dan negara-negara Barat. Hingga saat ini, Israel dan negara-negara tak berani menyerang Iran yang memang memiki kekuatan militer.
Baca selanjutnya..

Jumat, 26 Desember 2008

Rahma Azhari dan Sarah Azhari

Saya kira, tak ada yang menyangkal kalau kedua adik kakak dari keluarga Azhari itu memang cantik. Meski keduanya tak ada hubungan keluarga dengan ketua KPK, Antasari Azhari, atau dengan almarhum teroris, Dr. Azhari dari Malaysia. Sayang seribu sayang, kecantikan keduanya tidak disertai dengan sikap santun dan bersahaja sebagai salah satu manifestasi rasa syukur kepada Tuhan yang menganugerahkan kecantikan.
Alih-alih bersikap santun, keduanya justru mengumbar kemolekan tubuh ke media massa. Berulang kali, pose mesum mereka tersebar di media massa. Yang terakhir, adalah pose keduanya sedang berbugil ria dengan penuh ceria seolah tanpa dosa saat mandi. Apapun dalihnya, publikasi itu tak kan terjadi jika mereka tidak pernah sama sekali berpose syur. Penampilan panas mereka selama ini tentu menjadi pintu masuk yang terbuka lebar bagi lelaki iseng yang kepanasan untuk menyebarkan pose-pose panas mereka. Siapa yang menanam angin, ia pun kelak menuai badai.
Kini Rahma Azhari berurai air mata di depan para wartawan. Ia merasa imagenya rusak, malu, dan harga dirinya hancur. Ia tidak ingin anak perempuannya menganggap dirinya sebagai perempuan tidak benar. Sungguh aneh sebenarnya.
Jika tidak ingin image rusak, ngapain juga pake foto bugil. Ya, meski untuk konsumsi sendiri. Bukankah keduanya publik figur, sehingga apapun yang sensasional tentang mereka, pasti jadi bahan berita? Lucu bin aneh! Kalau tak ingin tercoreng arang, jangan bermain-main arang!
Baca selanjutnya..

Selasa, 23 Desember 2008

Di Pengungsiaan

Tak terasa aku dan keluarga telah enam hari berada di pengungsiaan. Banjir yang merendam rumahku dan sekitarnya membuatku serta keluarga harus mengungsi ke tempat yang aman. Pilihan tempat aman itu jatuh pada rumah, tepatnya gudang, yang dihuni oleh pembantu kami selama ini. Berjejalan di tempat yang sempit membuat interaksi kami begitu intens. Kini aku sekeluarga telah kembali ke rumah. Meski barang-barang masih banyak yang belum dibereskan.
Bulan Desember betul-betul bulan cobaan bagi kami. Berturut-turut terjadi: ibu mertuaku ditabrak motor hingga sekarang sudah dua minggu dalam kondisi koma di ruang ICU RS Mitra Cirebon; banjir menerjang desaku, termasuk rumahku; istriku tertusuk bekas tusuk sate di kaki hingga harus dibawa ke rumah sakit untuk divaksin anti tetanus; aku tergolek lemah diterjang demam karena kecapekan usai membereskan rumah paska banjir; adik sepupuku jatuh dari motor hingga mukanya penuh luka.
Bulan Desember memang seringkali meninggalkan cerita pilu. Tahun 2003 lalu, di bulan Desember, banjir besar juga melanda hampir separuh Indramayu. Saat itu, di rumahku ketinggian air sekitar 1,5 meter. Tsunami di Aceh juga terjadi pada bulan Desember.
Apa yang bisa diambil hikmahnya atas semua kejadiaan ini? Ternyata kita memang harus banyak bersyukur. Betapapun banyak musibah menimpa diri kita, ternyata masih banyak anugerah yang diberikan oleh Sang Pencipta. Sayang kita seringkali gagap untuk mencermati anugerah-Nya. "Andai kau menghitung nikmat Allah, kau tak kan pernah mampu melakukannya." Begitu firman-Nya dalam Alquran.
Bulan November lalu, istriku diterima sebagai CPNS. Bukankah itu sebuah nikmat-Nya? Masih banyak anugerah dan nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita. Ketika aku di pengungsiaan, aku pun trenyuh. Betapa rumah yang lebih tepat disebut gudang ukuran 5 x 3 meter harus dijejali lima orang. Ternyata rumahku jauh lebih baik dari rumah itu. Bukankah hal itu harus membuatku banyak bersyukur?
Baca selanjutnya..

Rabu, 17 Desember 2008

Banjir di Terisi Indramayu


Banjir melanda setidaknya tiga desa, Karangasem, Rajasinga, dan Jatimulya, di Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Air mulai masuk ke perumahan sekira pukul 13.00. Banjir akibat tanggul di sungai Cipanas jebol setelah debet air melonjak tajam yang datang dari hulu. Di Terisi sendiri, tidak terjadi hujan.
Ketinggian air bervariasi. Rumah-rumah yang ada di pinggir sungai, nyaris setinggi atap. Sedang di sebagian rumah, air sudah masuk setinggi dada orang dewasa. Di jalanan, air setinggi lutut.
Belum ada korban jiwa. Namun, ada korban gadis bernama Puji (15) yang digigit ular saat air air mulai menggenang sekitar rumahnya. Kini korban dibawa ke RS Bhayangkara Losarang setelah Puskesmas Terisi tidak sanggup mengatasi.
Sebagian pemuda memanfaatkan banjir dengan melayani penyeberangan motor menggunakan gerobak. Baca selanjutnya..

Selasa, 16 Desember 2008

Pengemis Mau Poligami

Suatu hari usai Shalat Jum'at, di bulan Oktober 2008, ketika tengah memeriksa berkas-berkas di kantor, saya kedatangan sepasang lelaki perempuan yang sudah separuh baya. Sang laki-laki berbadan kurus dengan peci lusuh. Kaki dan tanggannya yang sebelah kanan (maaf) lebih kecil dan agak bengkok sehingga kalau jalan agak terpincang-pincang. Sedangkan si perempuan berperawakan agak gemuk dengan kulit kehitaman.
Usai menjawab salam, saya persilahkan kedua orang itu untuk duduk di ruang tamu kantor. Sementara dua orang tukang ojek yang mengantar mereka berdua duduk di bangku depan kantor.
Ketika kutanya asal mereka, keduanya mengaku berasal dari sebuah desa di kecamatan lain, namun masih termasuk wilayah Indramayu. Singkat cerita, si lelaki paruh baya itu hendak menikah dengan perempuan yang saat itu duduk di sampingnya. Karena hendak menikah, saya pun menanyakan surat-surat kelengkapan administrasinya. Ternyata tidak ada! Saya juga menanyakan mana walinya. Lagi-lagi tidak ada!
"Pak, kalau mau menikah resmi, silahkan dilengkapi surat-suratnya, dari desa dan KUA Kecamatan tempat Bapak tinggal. Terus perempuan juga harus ada walinya! Menikah itu bukan seperti orang mau beli kue di pasar. Kalau sudah pengen, langsung aja. Tidak memakai syarat macem-macem." ujarku dengan menahan gondok di hati.
Setelah saya korek sedemikian rupa, sang lelaki itu mengaku seorang pengemis dan masih memiliki istri. Lho, hebat kan? Pengemis saja mau poligami! Pendapatannya sehari-hari rata-rata 50 ribu.
Setelah ngobrol macam-macam, akhirnya kedua orang itu pun pulang ke desanya. Tentu saja, saya tidak bersedia menikahkan kedua orang itu. Sepulangnya tamu, saya jadi tercenung. Betapa institusi pernikahan sedemikian rupa dibuat rendah. Tanpa surat keterangan asal-usul, tanpa adanya wali, tanpa ada izin poligami, tanpa keterangan status, seenaknya saja orang mau menikah. Sungguh fenomena yang membuat hatiku pilu.
Memang menikah adalah sunnah Nabi Muhammad. Tapi tentu saja, pernikahan juga harus sesuai dengan aturan dan persyaratan yang ada.
Baca selanjutnya..

Bimbang

Aku tersaput bimbang dalam sumbang
kala tegang cari pegang
Jangan Kau lari dari pelukku
Biarkan aku menuntaskan rinduku
sebelum membeku dalam asing-Mu

Aku meradang dibakar matahari
Debu beterbangan menebarkan semu
Dunia semakin tertatih
meniti di lorong-lorong cahaya

Temani aku meraup suka dalam ridha-Mu
menepis lara dan menerjang kelam
dalam siraman cahaya kasih-Mu
Jangan biarku aku dipasung bisu dalam sepi

Yogyakarta, 1993 Baca selanjutnya..

Kamis, 11 Desember 2008

Berlomba-Lomba jadi Caleg

Setiap kali saya berangkat ke kampus, saya terpaksa melihat berbagai baliho dan poster dari para caleg dan capres di sepanjang jalan. Sungguh, membuatku agak mual. Orang-orang berlomba-lomba mengajukan diri sebagai wakil rakyat dan pemimpin. Padahal belum tentu mereka kapabel dan memiliki integritas moral untuk mengemban amanat sebagai wakil rakyat atau pemimpin.
Euforia demokrasi setelah sekian lama terkungkung dalam rezim otoriter Orde Baru, ternyata membuat rakyat Indonesia tak ubahnya kuda binal yang baru lepas dari kandang. Orang-orang menunjukkan sikap narsistik. Merasa hebat, merasa mampu, pintar, dan seterusnya.
Bagiku, ini fenomena tidak sehat. Orang bisa dengan mudah mengajukan diri sebagai wakil rakyat atau capres. Dengan modal duit banyak, jatah kursi caleg bisa dibeli. Petinggi partai tak ubahnya cukong politik.
Di sisi lain, partai-partai gurem yang tidak memiliki basis massa kuat, akhirnya mengajukan caleg asal-asalan. Bayangkan, seorang anak "ingusan" yang tak memiliki pengalaman politik, bisa nangkring di urutan atas caleg. Ketika saya tanya tentang tugas utama seorang anggota legislatif, ia hanya melongo bingung. Ironis!
Saya setuju, kalau sistem kepartaian dipangkas. Sekarang jumlah partai sudah terlalu banyak. Banyak tokoh yang hanya karena kepentingannya di partai terdahulu tidak tertampung, ia pun buat partai baru. Mendirikan partai seolah seperti membuat karang taruna. Persoalan apakah partainya disukai rakyat atau tidak, menjadi tidak penting.
Sayang sekali, undang-undang kepartaian memang masih memungkin orang untuk mendirikan partai tanpa ada batasan jumlah. Harus ada undang-undang yang betul menyeleksi dengan ketat partai. Dengan demikian, jumlah partai tidak gemuk seperti sekarang. Akhirnya, hal itu diharapkan akan menjadi saringan ketat yang menghasilkan partai-partai yang betul memiliki basis massa dan ideologi yang kuat.
Para petualang politik yang hanya mengejar kekuasaan, harus dibatasi sepak terjangnya. Pembatasan jumlah partai bukanlah berarti melanggar HAM. Orang yang merasa mampu jadi pemimpin, silahkan mengasah dirinya dulu agar dipercaya orang. Jangan ketika tidak dipercaya, lantas berkoar-koar macam-macam. Hal itu hanya mencerminkan, dia memang belum layak jadi pemimpin yang bijak.
Baca selanjutnya..

Sabtu, 29 November 2008

Bold and Beautiful

How many beautiful women and handsome men. But who can guarantee the beautiful women and handsome men also have a heart and good behavior? Even often beautiful women and handsome men are like the sweet fruit outside but no worm in it. Because of that, and not any beautiful women and men nan nan stacked so that a suitable partner for those who admire and are interested in it.
Physically, Jennifer Lopez is beautiful. Perhaps there are people who do not reject it. Physically, Brad Pitt also very handsome. However, let us think more. Often we admire the physical beauty of a person because we actually do not really know more details and closer to the people. We know only through television, tabloids, magazines and other mass media. There is a far distance between ourselves with objects that our people admire physical beauty. There are the make-up, camera angle, landing style, and others that make someone appear beautiful or handsome. Even he may just not the environment we imagine.
Because we know more in less of the people we admire the beauty of the physical, so we do not even know the negative things that also are owned by people we admire it. Perhaps only a Luna Maya, for example, does not appear to be beautiful if he sleeps with a new face creased without make up and hair is untidy. Similarly, a Tora Sudiro may not appear to be stacked in the eyes when we know he is drunk stagger away in the fall of a dirty drain.
Assessment of beauty or handsomeness someone also associated with inner beauty and behavior. In other languages, there is inner beauty. Therefore, many people, including me, also no longer considered "beautiful" to the Siti Nurhaliza when she "seize" the husband. While physical beauty is not complemented by the beauty and behavior, then it is time, the physical beauty become less meaningful. Physical beauty is not more of a temptation for those who toil mengaguminya. Beauty of a Astri Ivo using closed clothes and never heard problematic in the household, about 180 degrees different with the beauty of a Pamela Anderson that interfaces dent body and the shattered house. A beauty that is calm, beauty is the only cause anxiety because of her sexual appeal.
On the other hand, a beauty or handsomeness admire other people, it should also be aware that not necessarily admired people who really fit with himself. Someone should have to learn to receive what the spouse who is supporting himself. We may partner is not as beautiful or handsome artist that we admire. However, we have really experienced and feel the love, goodness, love and our partner for this. While the people we admire beauty is not necessarily as it's now.
So let, we learn to accept what the conditions with our partner for this. Javanese people say it with the term nrimo. Arabs say it qana'ah. Nothing beautiful women if he interfaces beauty to every man with a flirtatious behavior. There is no loyalty in love that he hold tight. Nothing that handsome man if he himself only utilize the smartness to hurt many women's hearts. He spread a lot of love for the cast to many women.
Baca selanjutnya..

Rabu, 26 November 2008

Obrolan Poligami

Seorang lelaki baru saja menikahi putri seorang ulama terkenal yang berpoligami.
"Nak, saya berpesan padamu," kata si ulama yang kaya raya itu, "perlakukan istrimu dengan baik. Jangan kau menduakannya dengan berpoligami karena akan menyakiti istrimu."
"Lho, bapak sendiri kan berpoligami?! Berarti bapak juga menyakiti ibu, istri tua bapak," protes sang menantu.
"Betul, anakku. Tapi bapak telah menyadari sakitnya poligami adalah justru obat dari sakit yang jauh lebih besar, yaitu ego kepemilikan."
"Ego kepemilikan bagaimana maksud bapak?
"Hampir semua wanita tidak rela suaminya menikah lagi. Ada rasa memiliki yang kuat dalam diri wanita terhadap suaminya. Seolah suaminya adalah miliknya sendiri. Padahal tak ada apapun yang bisa kita miliki di dunia ini, termasuk suami, istri, anak, harta, jabatan, popularitas, dan lain-lain."
"Memang tidak boleh ada rasa memiliki dalam diri kita? Repot dong kalau kita tidak memiliki. Nanti bisa-bisa suami atau istri kita berselingkuh dibiarin aja."
"Hmm. Anakku, kita semua bukan pemilik. Kita semua hanyalah orang yang diberi titipan oleh Sang Pemilik sejati, Tuhan Pencipta jagat raya. Kita diberi amanat untuk menjaga dan merawat dengan sebaik-baiknya semua yang dititipkan kepada kita, baik berupa istri, suami, anak, harta, jabatan, ketenaran, dan lain-lain. Pada saatnya, rela atau tidak rela, semua itu akan diambil kembali oleh $ang Pemiliknya."
"Maaf, bapak, mohon tidak tersinggung. Apa bukan karena ingin mengikuti hawa nafsu saja orang berpoligami? Pengen cari yang muda dan cantik?"
"Ha..ha.. Bapak sudah sering dituduh begitu. Cantik dan muda hanyalah salah satu pintu untuk memasuki tujuan yang lebih agung. Pintu itu sah adanya dan orang boleh memasukinya. Namun sekali lagi, ia tetaplah pintu, bukan isi rumah sesungguhnya."
"Ngomong-ngomong, kenapa Bapak meminta saya tidak berpoligami jika memang tujuan poligami seperti itu?"
"Karena Bapak tahu, putri Bapak belum mampu melepas selubung ego kepemilikan dari hatinya. Dan kau pun belum cukup kuat untuk memikul tanggung jawab yang besar dan bersikap adil jika berpoligami."
"Lantas ibu sendiri bagaimana? Ibu kan juga mungkin sakit hati dipoligami oleh Bapak. Apa ibu sudah bisa membuang ego kepemilikannya?"
"Ibu sudah mengetahui betapa penting membuang ego kepemilikan di dalam hati. Sekarang ibu sedang menjalani langsung hal itu. Tentu tidak selamanya mulus. Masih ada hal-hal manusiawi yang terjadi. Istri-istri Nabi sendiri masih suka cemburu."
"Jadi, saya boleh poligami tidak, Pak?"
"Belum saatnya, anakku. Poligami bukan datang dari keinginan pribadi yang diniatkan dari awal. Tapi lebih merupakan tuntutan keadaan. Ada misi sosial yang juga diemban. Sudahlah. Belajarlah lebih dulu."
Baca selanjutnya..

Minggu, 23 November 2008

Tentang Kartun Nabi Muhammad

Baru-baru ini umat Islam Indonesia kembali dihebohkan dengan kartun Nabi Muhammad. Adalah blog Lapotuak dan Kebohongan dari Islam yang mempublikasikan kartun tersebut. Untung saja pihak Wordpress selaku penyedia layanan kedua blog tersebut dengan sigap menutup keduanya.
Tampaknya, umat Islam tidak pernah dibiarkan tenang oleh pihak-pihak yang memendam kebencian. Baru saja umat Islam Indonesia mulai reda dari kontroversi Ahmadiyah, kini persoalan lain dimunculkan kembali. Toleransi beragama ternyata masih menjadi pemanis bibir saja. Baca selanjutnya..

Jumat, 21 November 2008

Kolonialisme Modern

Dulu para pahlawan kita dengan gagah berani melawan para penjajah, Belanda dan Jepang. Meskipun persenjataan mereka tidak sebanding dengan yang dimiliki oleh pihak penjajah. Bayangkan, bambu runcing dan pedang melawan senjata api canggih dan meriam. Tapi, ternyata mereka tidak berputus asa dengan keadaan diri sendiri. Mereka tidak minder hanya karena kekuatan lawan jauh lebih besar dari kekuatan sendiri.
Mereka tetap menyadari, memang di satu sisi sang penjajah menampilkan dirinya dengan wajah yang baik-baik melalui berbagai kebijakan politik seperti politik etis dan pembangunan berbagai infrastruktur, seperti rel kereta api dan lain. Namun di sisi lain, mereka juga mengeruk habis kekayaan alam negeri ini. Mereka menyiksa anak-anak negeri dengan kerja rodi. Mereka tumpas habis tanpa ampun para pejuang yang hendak mempertahankan kehormatan negeri ini. Bagi para penjajah, orang-orang Indonesia yang melawan angkat senjata adalah para pemberontak, inlander. Namun bagi orang Indonesia sendiri, mereka adalah para pejuang terhormat.
Dan zaman pun berubah. Penjajahan secara fisik seperti dulu itu sudah lewat. Kini kita sudah menjadi negara merdeka. Ya, meskipun istilah “merdeka” itu bisa kita perdebatkan lebih lanjut. Negara-negara penjajah itu, Belanda dan Jepang, kini sudah menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia. Tampaknya tak ada beban sejarah atas segala kejahatan kolonialisme yang kedua negara itu lakukan terhadap negara kita. Sementara di sisi lain, kita pun tampaknya tak begitu memedulikan terhadap kejahatan kolonialisme tersebut. Dengan kata lain, mungkin kita memang betul-betul bangsa pemaaf atau bangsa yang naif dan inferior?
Kini di zaman global yang semakin menyempitkan batas-batas geografis dan kultural sebuah negara, bangsa ini pun masih saja begitu terkesan inferior di hadapan negara-negara “maju”. Harus diakui, kita memang banyak ketinggalan dalam banyak aspek: ekonomi, teknologi, militer, dan lain-lain. Namun hal itu tidaklah menjadi justifikasi atas sikap inferior kita terhadap mereka. Harus saya ingatkan lagi, para pahlawan kita dulu, tetap berani berdiri tegak melawan para penjajah meski persenjataan mereka seadanya.
Ada semacam sindrom inferority complex yang dihinggapi oleh sebagian komponen bangsa ini, terutama para pemimpin dan cendekiawannya. Lihat saja, mereka begitu takluk dengan senjata-senjata modern non fisik yang diarahkan oleh negara-negara mantan penjajah itu. Memang senjata tersebut tidak begitu terlihat nyata sebagaimana zaman dulu. Senjata-senjata kolonialisme modern sekarang bukanlah senjata api laras panjang, meriam, bazoka, dan lain-lain. Namun, senjata-senjata itu adalah berwujud pemikiran-pemikiran yang tak disadari menggerogoti kemandirian bangsa kita. Sebut saja, misalnya, pemikiran tentang demokrasi, kapitalisme liberal, HAM, kesetaraan gender, dan lain-lain. Seolah semua pemikiran itu mutlak benar dan harus kita terima mentah-mentah jika ingin menjadi negara yang maju. Wow!
Demokrasi bahkan telah menjadi berhala pemikiran bagi kebanyakan cendekiawan dan pemimpin kita. “Kita harus membangun negara yang demokratis,” begitu kira-kira slogan mereka. Namun bagi saya, demokrasi hanyalah satu cara, metode, jalan dalam menentukan arah negara ini. Tujuan negara yang terpenting adalah membangun masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Jangan kita terperangkap menganggap cara sebagai tujuan. Demokrasi sekali lagi hanyalah cara, bukan tujuan.
Banyak teman-teman saya di kampus dulu yang banyak belajar di negara Barat, seperti Kanada, Jerman, Amerika Serikat, Belanda, Australia, dan lain-lain. Saya termasuk orang yang tidak beruntung karena tidak pintar dan cerdas sehingga tidak mendapat beasiswa seperti mereka. Mungkin, ada orang yang berkata, pendapat saya hanya karena saya iri hati tidak mendapat beasiswa ke negeri-negeri Barat. Terserah saja. Tapi, saya berusaha untuk tidak menjadi orang suka iri hati. Saya harus terima keadaan saya yang masih bisa berkuliah hingga pasca sarjana di negeri ini, negeri sendiri. Masih banyak yang tidak bisa menikmati kuliah di negeri ini. Kalaupun, toh, saya mendapat beasiswa untuk belajar di negeri-negeri Barat, saya berusaha untuk tidak terpengaruh. Dalam istilah Arabnya, yakhtalithun wa la yataghayyarun.
Nah, teman-teman saya yang belajar ke negeri-negeri Barat itu pun pulang dengan pemikiran yang “tercerahkan”. Mereka datang dengan pemikiran yang menggugat ke sana kemari. Mereka membawa pemikiran-pemikiran “modern” seperti demokratisasi, HAM, kesetaraan gender, liberalisme, pluralisme, dan lain-lain. Mereka datang dengan jumawa sembari seolah hendak menyatakan, “Inilah cara pemahaman yang benar.” Wow! Kita digiring untuk mengakui bahwa pemikiran-pemikiran kita yang selama ini diyakini adalah salah dan yang benar adalah model-model pemikiran a la Barat yang mereka bawakan.
Saya pikir, teman-teman saya itu secara tidak langsung dan tanpa disadari sebenarnya sudah terjajah secara intelektual. Mereka justru membantu para penjajah modern untuk memuntahkan peluru dari senjata-senjata pemikiran mereka kepada bangsa ini. Ya, hal ini tak ubahnya seperti para wedana di zaman revolusi dulu yang bukannya membantu perjuangan rakyat Indonesia, namun justru membantu penjajah Belanda dan Jepang untuk menindas rakyat.
Secara intelektual, kita akan tertindas jika tidak mengikuti arus pola pemikiran mereka. Kita akan dikatakan ketinggalan zaman, otoriter, konservatif, dan seterusnya jika tidak mempercayai kebenaran pemikiran-pemikiran tersebut. Pendapat-pendapat yang bertentangan dengan mainstream pemikiran mereka akan dimarjinalkan. Inilah betul-betul penindasan dan penjajahan intelektual yang tidak kasat mata. Namun bisa dirasakan jika kita masih menghargai kemandirian dan harga diri bangsa. Wallahu a’lam.
Baca selanjutnya..

Selasa, 18 November 2008

Menunda Pekerjaan

Kita seringkali paling pintar mencari alasan untuk menunda waktu dan pekerjaan. Padahal alasan-alasan itu sering dibuat-buat dan tidak masuk akal. Ketika kesempatan semakin sempit bahkan hilang, baru kita tersadar betapa bodohnya diri kita yang menyia-nyiakan waktu.
Kedisiplinan berarti pula memaksa diri sendiri untuk menjalani jadwal kegiatan dengan tepat waktu. Betapapun sering kemalasan menggoda kita untuk membuang waktu percuma dengan beribu alasan.
Meskipun sering kali kita ditebas oleh pedang waktu, namun anehnya kita kembali mengulangi kebodohan kita dengan menyia-nyiakan waktu. Ya, hidup memang tidak mudah. Namun jika kita bisa belajar dari pengalaman, mestinya hidup terasa mudah dan indah. Terlalu berharga anugerah hidup jika kita buang percuma waktu dan kesempatan untuk berbuat kebaikan. Baca selanjutnya..

Rabu, 12 November 2008

Ramai-ramai Jadi Capres

Tampaknya orang Indonesia lagi betul-betul menikmati euforia demokrasi. Banyak tokoh menawarkan diri jadi calon presiden. SBY, Megawati, Wiranto, Hamengku Buwono, Rizal Malarangeng, Rizal Ramli, Prabowo Subianto, Dien Syamsudin, Ratna Sarumpaet , Sutrisno Bachir, Fadjroel Rachman, dan lain-lain.
Tapi seberapa layak mereka jadi presiden? Rakyat Indonesia mungkin mudah melupakan dan memaafkan kesalahan si capres di masa lalu. Atau mungkin si capres yang tidak tahu diri?
Fenomena banyaknya orang yang mencalonkan diri sebagai presiden menunjukkan dua sisi, positif dan negatif. Positifnya, masyarakat Indonesia semakin percaya diri untuk maju sebagai pemimpin di negeri ini. Bandingkan dengan di masa Orde Baru. Berani berkoar sebagai calon presiden selain Soeharto, berarti menantang maut. Namun negatifnya, hal itu menunjukkan banyaknya orang yang tidak bisa menilai kemampuan dirinya. Bayangkan, persoalan bangsa yang sebesar ini hendak ditangani seorang yang tidak berpengalaman. Lho kok seperti black campaign McCain terhadap Obama?
Mungkin demam Obama lagi menjangkiti sebagian capres itu. Saya sendiri khawatir, apa para capres betul-betul hendak membangun negeri ini atau sekedar hendak menyalurkan nafsu berkuasa saja atau hendak memperkaya diri belaka. Wallahu a'lam.
Baca selanjutnya..

Kamis, 06 November 2008

Kebebasan Seks dan Moralitas

Ada yang kontradiktif di masyarakat modern, khususnya masyarakat Barat. Di satu sisi mereka begitu mengagungkan kebebasan, termasuk kebebasan seks. Sepasang lawan jenis atau bahkan sesama jenis, boleh memutuskan hidup bersama meski tanpa ikatan perkawinan. Ketika menjalani hidup bersama itulah, tentu saja mereka pun melakukan hubungan seksual layaknya suami istri. Di sisi lain, mereka juga bebas melakukan hubungan seksual dengan siapa pun, lawan jenis atau pun sejenis, selama “tidak ada yang dirugikan” dan dilakukan atas dasar “suka sama suka”. Ya, meskipun tanpa ikatan perkawinan. Jika sepasang teman saling menginginkan hubungan seksual, maka lakukan saja. Tak perlu ada yang ditakutkan. Selama keduanya melakukan dengan senang dan siap dengan segala risikonya, maka show must go on.
Namun di sinilah letak kontradiksinya. Di tengah begitu permisifnya mereka terhadap seks, namun ternyata mereka juga menyadari –diakui ataupun tidak—bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang benar. Mereka juga menyadari bahwa keharusan untuk melakukan hubungan seksual hanya di dalam ikatan perkawinan adalah sesuatu nilai yang luhur dan terhormat. Hal itulah yang tampak pada kasus ketika Bill Clinton terlibat skandal dengan Monica Lewinsky. Masyarakat Amerika pun heboh dan mengecam sang presiden. Nyaris Clinton jatuh dari singgasananya karena skandal tersebut. Betapapun, masyarakat Amerika ternyata masih mengharapkan presiden mereka sebagai orang yang menjunjung tinggi moralitas.
Begitu pula ketika pada pemilihan presiden Amerika yang baru saja terjadi. Hal ini menimpa calon wakil presiden dari Partai Republik, Sarah Palin. Perempuan cantik itu ternyata memiliki seorang anak perempuan yang sedang hamil besar padahal ia belum menikah. Hal itu tak urung membuat Palin menjadi bahan kecaman masyarakat Amerika. Kehamilan sang anak yang di luar nikah ternyata masih dianggap sesuatu yang buruk oleh masyarakat Amerika sehingga menjadi bahan pergunjingan yang menyudutkan bagi Palin. Sebagaimana diketahui, Sarah Palin pun gagal mendampingi John McCain sebagai wakil presiden. Meski juga disadari, faktor hamil di luar nikah bukanlah satu-satunya faktor penyebab kekalahan duet McCain dan Palin di pemilihan presiden Amerika tersebut.
Berkaca dari fenomena itu, ternyata bisa dinyatakan bahwa manusia memang tidak bisa mengelabui hati nuraninya bahwa kebebasan seksual bukanlah sesuatu yang baik. Betapapun liberalnya sebuah masyarakat, ternyata mereka mengakui bahwa hubungan seks di luar nikah adalah sesuatu yang membuat kehormatan diri mereka bisa tercoreng, apalagi bagi seorang pemimpin atau calon pemimpin. Namun manusia memang sering kali berhati bebal. Meskipun menyadari bahwa kebebasan seks itu adalah sesuatu yang buruk dan menghancurkan kehormatan, tapi tetap saja melakukannya. Nah itu pula yang akhirnya membuat terjungkal sang calon (konon) menteri agama dari Golkar, Yahya Zaini. Ia terjungkal dari dunia politik karena ketahuan berhubungan seks dengan Maria Eva, yang jelas-jelas bukan istrinya. Wallahu a’lam.
Baca selanjutnya..

Senin, 03 November 2008

Cantik dan Tampan


Betapa banyak perempuan cantik dan lelaki tampan. Tetapi siapa yang bisa menjamin perempuan cantik dan lelaki tampan itu juga memiliki hati dan perilaku yang baik? Bahkan sering kali perempuan cantik dan lelaki tampan itu laksana buah yang manis di luar tetapi ternyata ada ulat di dalamnya. Karena itulah, tidak serta merta setiap perempuan nan cantik dan lelaki nan tampan itu jadi cocok menjadi pasangan bagi orang yang mengagumi dan tertarik padanya.
Secara lahiriah, Luna Maya memang cantik. Mungkin tidak ada orang yang membantahnya. Secara fisik, Christian Sugiono juga ganteng nian. Namun mari kita merenung lebih dalam. Sering kali kita mengagumi keindahan fisik seseorang karena sebenarnya kita tidak betul-betul mengenal lebih detil dan lebih dekat terhadap orang tersebut. Kita mengenalnya hanya lewat televisi, tabloid, majalah, dan media massa lain. Ada jarak yang cukup jauh antara diri kita dengan obyek orang yang kita kagumi keindahan fisiknya. Ada make up, angel kamera, arahan gaya, dan lain-lain yang membuat seseorang tampak cantik atau tampan. Padahal mungkin saja, saat kita mengenal lebih dekat bagaimana kesehariannya, ia tidaklah seindah yang kita bayangkan.
Karena kita kurang mengenal lebih dalam terhadap orang yang kita kagumi keindahan fisiknya itu, maka kita pun tidak mengenal hal-hal negatif yang juga dimiliki oleh orang yang kita kagumi itu. Mungkin saja seorang Luna Maya, misalnya, tidak akan tampak cantik jika ia baru bangun tidur dengan wajah kucel tanpa make upa serta rambut yang awut-awutan. Begitu pula seorang Tora Sudiro mungkin saja tidak akan tampak tampan di mata kita ketika mengetahuinya sedang mabuk sempoyongan lantas terjerembab di sebuah got yang kotor.
Penilaian terhadap kecantikan atau ketampanan seseorang juga berkaitan dengan keindahan batin dan perilaku. Dalam bahasa lain, ada inner beauty. Karena itulah, banyak orang, termasuk saya, juga tidak lagi menganggap “cantik” terhadap Siti Nurhaliza ketika ia “merebut” suami orang. Saat keindahan fisik tidak dibarengi dengan keindahan hati dan perilaku maka saat itulah, keindahan fisik menjadi kurang bermakna. Keindahan fisiknya tidak lebih dari godaan yang menjebak bagi orang yang mengaguminya. Kecantikan seorang Astri Ivo yang menggunakan busana tertutup dan tidak pernah terdengar bermasalah dalam rumah tangganya, tentu berbeda 180 derajat dengan kecantikan seorang Five Vi yang suka mengumbar lekuk tubuhnya dan rumah tangganya yang berantakan. Yang satu kecantikan yang menimbulkan keteduhan, sedang yang satunya kecantikan yang menimbulkan kegelisahan karena godaan seksualnya.
Di sisi lain, seorang yang mengagumi kecantikan atau ketampanan orang lain, mestinya juga harus menyadari bahwa belum tentu orang yang dikagumi betul-betul cocok dengan dirinya. Mestinya seseorang harus belajar menerima apa adanya pasangannya yang selama ini mendampingi dirinya. Mungkin pasangan kita selama ini tidak secantik atau setampan artis yang kita kagumi. Namun kita sudah betul-betul mengalami dan merasakan cinta, kebaikan, dan kasih sayang pasangan kita selama ini. Sementara orang yang kita kagumi kecantikan atau ketampanannya belum tentu ia sebaik pasangan kita sekarang.
Jadi marilah, kita belajar untuk menerima apa adanya dengan kondisi pasangan kita selama ini. Orang Jawa bilang nrimo. Orang Arab bilang qana’ah. Tak ada gunanya perempuan cantik jika ia mengumbar kecantikannya kepada setiap lelaki dengan tingkah laku yang genit. Tak ada kesetiaan cinta yang ia pegang erat. Tak ada gunanya lelaki ganteng jika ia memanfaatkan kegantengannya hanya untuk menyakit banyak hati wanita. Ia tebarkan banyak cinta semu kepada banyak wanita.
Baca selanjutnya..

Selasa, 28 Oktober 2008

Pernikahan dan Syekh Puji

Menikah adalah salah satu sunah Rasul yang patut kita ikuti sebagai orang Islam. Dengan menikah kita dikatakan telah menjalankan separuh agama. Menikah adalah salah bentuk unik ajaran Islam yang mengandung dua sisi sekaligus, duniawi dan ukhrawi, kepuasan jasmani dan kepuasan rohani; aspek individu dan aspek sosial.
Dalam pernikahan, seorang Islam menjalankan tugas-tugas duniawi dan juga tugas ukhrawi. Tugas duniawi adalah seperti bekerja mencari nafkah. Tugas ukhrawi misalnya membimbing keluarga agar bertakwa kepada Allah. Kepuasan jasmani adalah dengan berhubungan badan dan kepuasan rohani adalah dengan memperoleh kasih sayang dari pasangan masing-masing. Aspek individu adalah bahwa menikah adalah pilihan bebas seseorang namun sekaligus juga mengandung aspek sosial bahwa menikah berarti menjalin tali persaudaraan dengan banyak orang.
Menikah tidak boleh dianggap persoalan remeh-temeh kemudian seseorang bisa seenaknya menikah tanpa melihat syarat dan rukun. Menikah yang dilakukan dengan tidak memperhatikan syarat dan rukun hanya akan menjadikan pernikahan yang tidak sah dan pasangan yang melakukannya terjerembab dalam perbuatan zina.
Dalam undang-undang pernikahan No. 1 Tahun 1974, sudah diatur sedemikian rupa agar pernikahan betul-betul mencapai tujuannya, membina keluarga kekal yang sakinah mawaddah wa rahmah. Karena itulah, berbagai persyaratan pun dirumuskan agar bisa ditaati oleh rakyat.
Menikah dengan orang yang masih memiliki hubungan darah, misalnya antara paman dengan keponakan, adalah pernikahan terlarang yang jelas-jelas ditegaskan dalam Alquran. Seorang paman, baik berasal dari pihak ibu maupun ayah si calon istri, adalah terlarang untuk menikahi keponakannya Jika pernikahan seperti ini tetap dilakukan, maka pernikahan itu tidaklah ada artinya di mata hukum. Sama saja tidak menikah.
Begitu pula ketika menikah tanpa wali, maka pernikahan tersebut adalah batal demi hukum. Terlepas bahwa Imam Hanafi membolehkan nikah tanpa wali, namun hasil ijtihad para ulama Indonesia yang tertuang dalam bentuk Undang-undang Pernikahan No. Tahun 1974, jelas menyatakan bahwa pernikahan harus menggunakan wali. Hal ini semakin mempertegas bahwa pernikahan tidak hanya melibatkan antara sang suami dan sang istri semata. Tapi, juga orang lain seperti wali dan dua orang saksi.
Pernikahan yang dilakukan oleh orang yang masih di bawah umur, seperti yang terjadi pada kasus Syekh Puji di Semarang, baru-baru ini, merupakan sebuah bentuk pelanggaran terhadap undang-undang perkawinan yang berlaku di negeri ini. Hal itu juga merupakan sebuah bentuk kesewenang-wenangan orang tua yang memanfaatkan kepolosan sang anak.
Pernikahan dini mempunyai resiko terjadinya perceraian karena ketidakmatangan dan ketidaksiapan mental mereka yang menikah. Jika pernikahan kemungkinan besar hanya akan menimbulkan ketidakbahagiaan dan perceraian, tentu hal itu harus dicegah agar jangan sampai terjadi. Hal inilah yang mendasari mengapa undang-undang perkawinan menetapkan bahwa umur minimal perempuan untuk menikah adalah 16 tahun dan lelaki 19 tahun.
Syekh Puji berlindung di balik pemahamannya tentang syariat yang menurutnya membolehkan menikahi anak perempuan yang masih kecil. Hal itu juga karena Nabi Muhammad sendiri menikahi Siti Aisyah ketika ia masih berumur 7 tahun. Namun pemahaman tersebut adalah sesuatu yang tidak fair. Hal itu sama saja dengan menganggap bahwa kebudayaan Arab 14 abad yang lalu saat Nabi Muhammad hidup adalah sama dengan kebudayaan modern saat ini.
Saat itu, pernikahan dengan anak perempuan seusia Siti Aisyah adalah sesuatu yang sangat lumrah, bukan sesuatu yang aneh. Tak ada sekolah formal seperti saat sekarang yang membuat anak-anak perempuan bisa menghabiskan masa kecilnya di sekolah. Tidak usah jauh-jauh, pada zaman penjajahan saja, ketika pendidikan adalah sesuatu yang mewah dan hanya diperuntukkan untuk orang-orang kaya, saat itu banyak perempuan yang menikah di usia 13-15 tahun. Karena itulah, adalah sangat naif jika menyamaratakan kebudayaan Arab 14 abad silam dengan kebudayaan modern saat ini.
Karena termasuk ibadah yang mempunyai nilai sakral, pernikahan pun tidak boleh dilakukan untuk tujuan main-main. Ketika memutuskan untuk menikah, maka tujuannya adalah untuk membina keluarga yang kekal, bukan untuk membangun keluarga yang hanya akan bercerai dalam jangka waktu pendek. Untuk itulah, persiapan mental, spiritual, dan material, harus betul-betul dimiliki oleh orang yang hendak menikah.
Banyak kasus di masyarakat kita yang terjadi. Pernikahan dilakukan hanya untuk menutupi malu karena si perempuan sudah hamil lebih dulu. Padahal saat itu, sang pengantin masih dalam usia dini. Tak ayal, kebanyakan pernikahan dilakukan di usia dini hanya akan berakhir dengan perceraian. Saat itulah, hubungan keluarga pun menjadi retak. Luka di hati yang ditimbulkan pun tidak mudah untuk diobati. Jika anak lahir, anak pun menjadi korban. Hal inilah yang harus betul-betul diperhatikan jika memang kita hendak menikahkan anak kita.
Pergaulan bebas anak memang berisiko besar terjadinya kehamilan di luar nikah yang akhirnya memaksa terjadinya pernikahan dini. Untuk itulah, pendidikan nilai-nilai agama dan pengawasan terhadap pergaulan anak merupakan hal yang mutlak diperhatikan oleh orang tua yang masih menghendaki anaknya selamat di dunia dan akhirat. Jangan sampai anak-anak kita terperosok ke dalam hubungan seksual di luar nikah.
Hubungan seksual dalam Islam adalah sesuatu sakral, suci, dan bagian dari ibadah. Karena itulah, ada etika yang harus dilakukan bagi setiap orang yang hendak melakukannya. Hubungan seksual hanya dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai dalam lembaga pernikahan yang sah. Hubungan seksual tidaklah dipahami hanya sebagai kebutuhan biologis layaknya buang air kecil. Namun ia harus dipahami lebih tinggi dan mulia daripada sekedar pemahaman seperti itu. Hubungan seksual dalam Islam juga bertujuan sebagai media mencurahkan rasa kasih sayang kepada pasangan masing-masing. Karena itulah, saat hubungan seksual selesai dilakukan, ada perasaan kasih sayang yang semakin erat mengikat antara keduanya.
Baca selanjutnya..

Jumat, 24 Oktober 2008

Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ)

Tiga hari ini, saya mengikuti kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat Kabupaten Indramayu yang ke-41 sebagai official. Banyak hal yang kulihat dan kurasakan. Ternyata acara tingkat kabupaten itu, tidak layak dikatakan sebagai lomba tingkat kabupaten tapi tingkat Jawa Barat dan Banten. Para peserta datang dari berbagai penjuru dari daerah di Jawa Barat dan Banten. Para peserta dari luar Indramayu itu merupakan para jawara yang sebagian sudah malang melintang di MTQ tingkat nasional.
Apa yang kemudian terjadi? Tak ayal, para peserta lokal Indramayu yang tidak memiliki pengalaman bertanding, pasti tersingkir oleh para jawara dari luar Indramayu itu. Pada gilirannya, fenomena peserta pesanan dari luar itu menimbulkan suasana bertanding yang tidak sehat. Siapa yang berani membayar besar dan mau mengeluarkan modal banyak, merekalah yang akan menyabet banyak medali. Kecamatan yang tidak berani mengeluarkan modal, jangan berharap bisa menyabet banyak medali.
Hal ini mestinya menjadi perhatian para pemerhati dunia MTQ di Indramayu. Betatapun fenomena peserta dari luar itu sudah tidak sehat lagi. Menurut pengamatan saya, hampir 50 % lebih para peserta itu dari luar Indramayu. Hal ini akan membunuh potensi lokal. Di samping itu, pembinaan MTQ dari pihak Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) juga terlihat tidak berjalan dengan baik. Jika berjalan dengan baik, tentu potensi-potensi lokal yang selama ini sudah terlihat bisa dibina dengan baik.
Indramayu sendiri sebenarnya banyak memiliki mantan jawara MTQ di tingkat provinsi maupun nasional. Sayang sekali, pembinaan memang belum berjalan. Meskipun sebenarnya Bupati Yance sendiri memiliki komitmen untuk mengembangkan potensi lokal. Bahkan konon LPTQ Indramayu sudah diberi dana besar oleh pihak Pemkab Indraayu untuk melakukan pembinaan. Sayang sekali, LPTQ tak lebih dari sebuah organisasi yang kerjanya hanya pada saat MTQ berlangsung saja. Kegiatan pembinaan tidak berjalan dengan baik, atau malah tidak berjalan sama sekali.
Semoga hal ini bisa menjadi perhatian bagi seluruh pihak yang terkait. Indramayu mestinya bisa berbicara banyak di tingkat provinsi bahkan nasional, jika pembinaan potensi lokal berjalan dengan baik. Kalau perlu, para pelatih didatangkan dari luar Indramayu untuk memperkuat para pelatih yang sudah ada. Wallahu a'lam.
Baca selanjutnya..

Selasa, 14 Oktober 2008

Ada Apa denganmu, Indramayu?

Setelah hampir sepuluh tahun tinggal di Indramayu, saya semakin menyadari betapa uniknya kota mangga tersebut. Betapa tidak, banyak kontradiksi yang saya lihat di depan mata. Dan anehnya, semua kontradiksi berjalan seiring di tengah masyarakat seolah tanpa masalah. Orang-orang seolah membiarkan begitu saja betapa banyak problem sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Apakah ini yang dinamakan gejala, meminjam istilah Erich Fromm, masyarakat yang sakit? Mungkin juga.
Di kota Indramayu, perda tentang anti miras sudah disahkan sejak bertahun-tahun yang lalu. Tapi apa lacur yang terjadi? Sepuluh orang lebih mati sia-sia karena berpesta ria di malam Hari Raya Idul Fitri dan seusai shalat Id! Sungguh ironis! Sebelumnya, di bulan Ramadhan, ketika orang-orang (Islam) mestinya mendekatkan diri kepada Tuhan dan memperbanyak ibadah, 21 orang lebih tewas mengenaskan karena, lagi-lagi, pesta miras. Ada apa denganmu, Indramayu?
Ada lagi kontradiksi yang menyesakkan dada. Di Indramayu, banyak para santri yang belajar di berbagai pesantren, baik di Jawa Timur, maupun di daerah-daerah lain. Di Indramayu sendiri, hampir setiap kecamatan ada pesantren. Hampir setiap desa ada Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) dan Taman Pendidikan Alquran (TPA). Bahkan para penghafal Alquran (hafiz/hafizah) juga lumayan banyak. Lulusan Al-Azhar Kairo juga tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah Kabupaten Indramayu juga mewajibkan untuk mengenakan jilbab kepada para karyawan perempuan yang beragama Islam di seluruh instansi pemerintahan dan juga kepada para siswi beragama Islam.
Namun yang terjadi di tengah masyarakat, tingkat prostitusi dan traficking cukup tinggi. Jika ada anak gadis seusia anak SMP atau SMA dan memiliki para lumayan serta berasal dari keluarga miskin, maka jangan harap anak itu lepas dari pantauan para kaki tangan mucikari yang siap menjual mereka ke Jakarta, Batam, atau di Indramayu saja. Orang tua pun dengan sadar menjual anak-anak gadis mereka untuk membantu perekonomian keluarga. Memang sangat mudah untuk mendeteksi seorang perempuan Indramayu apakah ia seorang perempuan “nakal” atau bukan. Lihat saja penampilannya. Jika ia berpenampilan seksi bergaya bak artis ibukota, berdandan menor, dan berkeliaran di malam hari, maka kemungkinan besar ia adalah perempuan "nakal!"
Ada sebuah cerita tragis yang terjadi di Amis, salah satu desa di Indramayu. Alkisah, ada seorang ayah yang nekad menjual tanah berikut rumah yang ia tempati. Tak ayal ia pun tak punya tanah dan rumah lagi. Hal itu ia lakukan guna memperoleh modal demi mempercantik dan merubah penampilan kedua anaknya. Setelah kedua anak berpenampilan cantik laksana artis sinetron, keduanya pun dipekerjakan sebagai pelacur kelas tinggi di Jakarta. Setelah menjadi pelacur kelas atas, keduanya mengirimkan uang secara rutin kepada sang ayah yang sudah bercerai dengan istri yang juga mantan seorang pelacur. Tidak hanya uang, keduanya pun membangun rumah megah berarsitektur modern yang menjadi rumah paling bagus di Amis saat itu.
Namun Tuhan memang tidak tidur. Ketika sekitar dua tahun lalu terjadi bencana angin puting beliung di desa tersebut, rumah nan megah itu pun luluh lantak tak bersisa. Kedua anaknya lantas berhenti dari profesi sebagai PSK dan menikah. Menyadari pasokan uang dari sang anak terhenti karena berhenti dari pekerjaan sebagai PSK, sang ayah marah besar dan seolah menganggap kedua anaknya itu sebagai anak durhaka yang tidak patuh kepada orang tua.
Di Indramayu, adalah sangat biasa jika anak gadis berumur 17-20 tahun menikah. Ya, pernikahan dini. Dan apa yang terjadi kemudian dengan pernikahan mereka. Kebanyakan pernikahan itu berujung dengan perceraian. Sebagai seorang petugas pencatat nikah yang tiap hari bergelut tentang pernikahan, saya tahu persis tentang hal itu. Pernikahan bagi para pengantin muda itu, tampaknya tak lebih dari sekedar warming up untuk kelak menikah lagi dua atau tiga kali. Atau juga pernikahan itu tak lebih dari sekedar untuk menutup malu keluarga karena sang gadis telah hamil di luar nikah.
Mungkin ada sesuatu yang salah yang harus dibenahi di masyarakat Indramayu. Sepanjang pengamatan saya, memang budaya hura-hura sangat kental di Indramayu. Seorang tukang ojek atau tukang becak bahkan rela menghutang ke sana kemari untuk mengadakan acara khitanan anaknya. Acara itu pun digelar besar-besar dengan mengundang organ tunggal atau sandiwara di siang hingga malam hari. Sebelumnya sang anak yang dikhitan juga diarak menggunakan acara Singa Depok yang diiringi dengan dangdut tarling. Orang-orang pun, muda tua, laki-laki dan perempuan, dengan berjoget ria sembari mabuk di belakang arak-arakan Singa Depok. Ketika organ tunggal dilangsungkan, sang tuan rumah juga menyediakan berkrat-krat minuman keras untuk pemuda-pemudi bermabuk ria saat penyanyi tarling beraksi di atas panggung.
Berbagai persoalan sosial semestinya menjadi perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Indramayu dan juga seluruh elemen masyarakat yang ada. Sudah sepatutnya ada rekayasa sosial sedemikian rupa agar berbagai persoalan tersebut bisa diminimalisir juga tidak bisa dihilangkan sama sekali. Kelak ketika pilkada bupati mendatang, tampaknya harus ada kontrak politik agar jika calon bupati terpilih harus berani mengatasi berbagai persoalan tersebut. Ya, tidak hanya berupaya mengumpulkan pundi-pundi uang untuk mengembalikan ongkos pilkada.
Baca selanjutnya..

Rabu, 08 Oktober 2008

Membela RUU Pornografi

Sungguh menarik untuk mencermati kontroversi Rancangan Undang-Undang Pornografi. Kita bisa melihat betapa masyarakat terbelah menjadi kubu yang pro dan kontra. Dari kedua kubu tersebut, kita melihat unsur masyarakat mana saja yang mendukung dan menolak. Kita bisa melihat bahwa kubu yang pro mayoritas terdiri dari organisasi-organisasi sosial dan politik yang berbau Islam, seperti NU, MUI, Muhammadiyah, dan lain-lain. Dengan kata lain, orang-orang Islam yang merindukan tegaknya moralitas yang menjunjung tinggi kesopanan dan tata susila, mendukung RUU tersebut. Sedangkan kubu kontra adalah organisasi sosial dan politik yang sekuler dan non muslim, seperti PDS, PDIP, LBH Apik, Islam Liberal, dan lain-lain. Bisa dikatakan pula, kubu yang kontra adalah mereka yang tidak menyukai adanya undang-undang yang mengandung unsur-unsur hukum Islam serta tidak menyukai kebebasan berekspresi a la Barat diatur sedemikian rupa oleh undang-undang.

Mengancam disintegrasi bangsa?
Alasan tersebut merupakan alasan yang sangat dibuat-buat. Mari kita lihat dengan jernih dari RUU Pornografi tersebut. Bagi saya, tidak ada satu pun pasal atau ayat yang berpotensi untuk menimbulkan disintegrasi bangsa. Sungguh tidak masuk akal mengaitkan persoalan pelarangan pornografi dengan disintegrasi. Tidak nyambung! Dan jika penolakan RUU Pornografi disertai dengan ancaman untuk memisahkan diri dari kesatuan RI, maka hal itu sudah masuk wilayah subversi. Jika sudah masuk wilayah subversi, maka para pelakunya tentu bisa diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Ancaman tersebut menunjukkan betapa para penolak itu masih kekanak-kanakan dan belum dewasa dalam bernegara.

Kriminilasasi perempuan?
Perempuan sebagaimana juga lelaki bukanlah pelaku kriminal selama dia tidak melakukan tindakan kriminal. Lantas di mana letak kriminalisasinya? Jika seseorang perempuan maupun lelaki, melakukan suatu tindakan yang termasuk kategori kriminal, misalnya, melakukan tarian telanjang di pasar, maka adalah masuk akal jika ia dikenai hukuman. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah tindakannya, bukan diri atau tubuhnya.
Ketika undang-undang mengatur agar seorang perempuan tidak boleh memperlihatkan di ruang publik bagian-bagian tubuhnya yang vital, maka bagiku hal itu bukanlah bentuk kriminalisasi terhadap perempuan. Tetapi justru undang-undang tersebut mengatur agar para perempuan, termasuk juga lelaki, menghormati dirinya dan tidak menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Larangan tersebut justru agar para perempuan menyadari bahwa betapapun tubuh seseorang, laki-laki atau perempuan, tidak selamanya mutlak milik dirinya yang bisa diperlakukan seenaknya. Jika saya memiliki pisau, maka tidak berarti saya dengan bebas menggunakannya seenak saya sendiri. Saya tentu tidak boleh menggunakannya untuk membunuh seseorang. Demikian pula dengan halnya dengan tubuh seseorang.
Pelarangan terhadap eksploitasi tubuh justru adalah sebuah upaya penghormatan terhadap manusia, baik perempuan maupun laki-laki. Adalah tindakan yang sangat tidak menghargai keberadaan sebagai manusia, jika seseorang bisa dengan bebas mempertontonkan tubuhnya tanpa sehelai benang pun di muka publik. Apa bedanya manusia dengan seekor kambing yang tidak berpakaian di tanah lapang jika manusia juga boleh bertelanjang ria di ruang publik?!

Diskriminasi perempuan?
Menganggap bahwa payudara perempuan adalah lebih merangsang daripada payudara laki-laki bukanlah berarti sebuah diskriminasi terhadap perempuan. Namun, hal itu adalah sebuah pengakuan yang jujur bahwa tubuh perempuan memang berbeda dengan tubuh laki-laki. Tidak hanya bagi laki-laki yang berpikiran normal, bahkan bagi perempuan pun, penampilan seorang perempuan yang mempertontonkan payudaranya di muka umum bisa menimbulkan rasa risih dan rangsangan. Dengan demikian, tudingan diskriminasi terhadap perempuan adalah sebuah tudingan yang mengada-ada. Mungkin tudingan itu sebenarnya hanya pantas dikeluarkan oleh orang-orang yang menganut paham nudisme.

Pengekangan kebebasan berekspresi?
Kebebasan berekspresi tidak lama sama dengan kebebasan untuk mengekspresikan ketelanjangan dan pornografi. Kebebasan berekspresi tidaklah berarti kebebasan tanpa batas. Betapapun, masyarakat memerlukan aturan atau undang-undang yang mengatur kebebasan anggota masyarakat. Hal itu karena jika kebebasan tidak diatur, maka akan timbul kekacauan di tengah masyarakat. Jika kran kebebasan dibuka seluas-luasnya, maka atas nama kebebasan berekspresi orang bisa mengadakan pertunjukan tari telanjang di lapangan terbuka, misalnya. Mungkin ada yang bertanya: di mana letak kekacauannya? Kekacauan tidak selalu berbentuk fisik. Hancurnya norma-norma kesusilaan dan rasa malu di tengah masyarakat adalah salah satu bentuk kekacauan yang terjadi jika pornografi dibiarkan bebas tanpa batas atas nama kebebasan berekspresi.

Mengatur Distribusi Materi Pornografi?
Mengatur materi yang mengandung pornografi bukanlah solusi yang tepat untuk menanggulangi dampak negatif pornografi. Kita bisa belajar dari kasus Amerika. Di sana materi pornografi dibatasi sedemikian rupa. Majalah porno seperti Playboy dan Penthouse tidak dijual bebas di setiap toko. Di samping itu, majalah itu pun tidak ditampilkan secara terbuka di toko yang menjualnya. Hanya orang-orang yang betul dewasa yang boleh membelinya. Film juga diberi label X, XX, XXX untuk menunjukkan tingkat pornografinya. Orang yang di bawah umur tidak boleh menonton film-film yang telah diberi label X.
Namun apa yang terjadi dengan Amerika setelah terjadi pengaturan dan pembatasan materi pornografi? Berdasarkan laporan, di sana justru pemerkosaan justru terjadi hampir setiap menit. Pelecehan dan kekerasan seksual justru bertengger di tingkat yang tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Nah, mestinya hal itu menyadarkan kita semua bahwa mengatur distribusi materi pornografi tidaklah menjadi jaminan bahwa pornografi tidak menimbulkan ekses negatif.
Mengatur bahwa materi pornografi boleh diakses oleh orang dewasa adalah bukanlah solusi yang tepat. Betapapun, orang dewasa pun tidak bisa dijamin bahwa mereka tidak akan melakukan kekerasan seksual setelah mereka menikmati materi pornografi, baik berupa media cetak maupun elektronik. Sebagaimana yang juga terjadi di Indonesia, di tayangan-tayangan kriminalitas seperti Buser dan Patroli kita sering melihat kasus-kasus di mana orang-orang tua, bahkan kakek-kakek, yang justru melakukan pemerkosaan setelah mereka menonton VCD porno.
Karena itulah, pencegahan dampak negatif pornografi mestinya dengan melarang total distribusi materi-materi yang mengandung pornografi. Kalaupun toh ada pengecualian, hal itu sebagaimana yang telah diatur dalam RUU Anti Pornografi, adalah hal-hal yang berkaitan dengan budaya dan kesenian, seperti budaya koteka di Papua dan pariwisata pantai di Bali.

Campur Tangan Negara terhadap Persoalan Privat?
Negara tentu saja tidak berhak mencampuri urusan privat warga negaranya. Karena jika negara berhak mengatur urusan privat warga negaranya, maka hal itu menimbulkan kekacauan di tengah masyarakat. Kebebasan masyarakat akan sirna. Namun di mana letak ukuran urusan privat? Setiap orang yang bertelanjang dan berhubungan intim di kamarnya sendiri bersama pasangannya yang sah, tentu negara dan masyarakat tidak berhak untuk mencampuri atau melarangnya. Seseorang bisa membuat film tentang hubungan intimnya dengan pasangannya sendiri jika hal itu untuk konsumsi dirinya sendiri. Namun jika film itu sudah dipublikasikan, maka hal itu sudah masuk wilayah pidana. Hal itu bukanlah persoalan privat yang tidak bisa dimasuki oleh aparat negara.
Setiap perempuan juga berhak untuk berpakaian sesuai dengan yang dia inginkan. Namun ketika dia telah masuk sebuah institusi yang mengatur pakaian seragam tertentu, maka ia pun tidak bisa seenaknya berpakaian. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, masuk ke ranah publik, maka ia tidak lagi bebas untuk berpakaian sebagaimana yang dia inginkan. Namun jika ia berada di rumahnya sendiri, orang mau bertelanjang setiap hari pun, tidak akan ada polisi yang akan menangkapnya. Sebaliknya, ketika seorang perempuan jalan-jalan di pasar dengan membiarkan payudaranya melambai-lambai seperti nyanyian nyiur di pantai, tentu saja orang-orang akan menganggapnya gila. Aparat hukum berhak menangkapnya karena menimbulkan keresahan dan melanggar tata susila.

Bertentangan dengan Hak Asasi Manusia?
Hak asasi yang mana yang dilanggar? RUU Pornografi tidaklah memberangus hak asasi seseorang. Yang diatur oleh rancangan undang-undang itu adalah bahwa tindakan seseorang yang mengandung unsur-unsur pornografi. Setiap orang berhak menggunakan hak asasinya selama tidak menimbulkan keresahan dan kekacauan di tengah masyarakat. Bagi saya, tidaklah dikatakan melanggar Hak Asasi Manusia, jika negara melarang orang-orang untuk melakukan pertunjukan erotis yang mengeksploitasi seks. Hal itu karena perbuatan tersebut memang bisa menimbulkan rusaknya norma-norma dan tata susila di tengah masyarakat. Pertunjukan tari erotis (striptease) yang dilarang oleh undang-undang justru hendak menegaskan kehormatan perempuan. Betapapun, perempuan tidak boleh dieksploitasi oleh distribusi seks dan dijadikan hanya sebagai komoditas layaknya barang dagangan. Sungguh, adalah suatu pelecehan terhadap harkat dan martabat perempuan jika terjadi eksploitasi perempuan oleh industri seks dalam bentuk pertunjukan striptease, pemotretan model bugil, dan pembuatan film porno.

Pornografi Bukanlah Soal Moralitas Semata
Adalah naif jika pornografi hanya dianggap persoalan moralitas semata. Pornografi lebih merupakan kejahatan yang harus diatur dalam sebuah undang-undang. Adanya orang yang memerkosa setelah ia menonton VCD porno yang marak dijual di pinggir-pinggir jalan, bukanlah semata persoalan moralitas bahwa si pelaku adalah orang yang bermoral bejat. Pencegahan terjadinya dampak negatif dari pornografi tidak bisa diserahkan kepada pendidikan moral semata yang dilakukan oleh pihak keluarga.
RUU Pornografi tidaklah berpretensi untuk memperbaiki moral bangsa secara keseluruhan. Undang-undang tetaplah memiliki sesuai dengan fungsinya sebagai undang-undang. Persoalan bangsa tetap menjadi tanggung jawab seluruh komponen bangsa. Memang diakui, dengan UU tersebut bukan berarti semua persoalan bangsa akan selesai.
Betapapun, persoalan korupsi, gizi buruk, busung lapar, pembalakan liar, perlindungan TKW, dan lain-lain, tetaplah persoalan bangsa yang juga diatasi. Tapi bukan berarti banyaknya persoalan itu menghilangkan urgensi masalah pornografi sehingga harus dibuat undang-undang. Ingat, Indonesia adalah surga pornografi kedua setelah Rusia. Hanya sekedar mengalihkan persoalan, dan bukannya memecahkan persoalan jika mempertanyakan mengapa negara harus repot-repot mengatur cara berpakaian seorang perempuan, seperti persoalan-persoalan lain seperti di atas masih banyak terjadi.
Karena itu pula, adalah logika berpikir yang sesat, jika mengatakan bahwa RUU APP harus ditolak, tapi di sisi lain juga menolak pornografi. Jika memang menolak pornografi, mestinya mendukung undang-undang yang berusaha memberantas pornografi tersebut. Kalaupun RUU Pornografi sekarang dianggap masih ada kelemahan, maka yang harus dilakukan adalah memperbaikinya, bukan justru menolaknya mentah-mentah. Adanya berbagai kelemahan, bukan berarti lantas harus menghilangkan substansi regulasinya.
Adalah aneh mengatakan bahwa kita tidak perlu adanya RUU APP karena undang-undang yang ada sudah mencukupi. Justru karena undang-undang yang ada tidak memadai, maka RUU Pornogarafi tersebut disusun. Selama ini definisi pornografi belum diungkapkan dengan jelas dalam undang-undang yang sudah ada, karena itulah RUU APP disusun dan dibuat definisi pornografi. Kalaupun toh definisi itu masih belum mencukupi, tentu bisa dirumuskan kembali, bukan dengan menolak mentah-mentah RUU APP. Karena penolakan itu berarti kita set back.
RUU Pornografi justru berusaha untuk melindungi perempuan dan anak-anak. Tindakan mengeksploitasi bagian-bagian tubuh yang vital --yang dianggap tindakan pidana oleh RUU tersebut sehingga harus dihukum bagi orang yang melakukannya, laki-laki maupun perempuan,-- justru merupakan tindakan yang merendahkan martabat perempuan menjadi hanya sekedar komoditas dalam kancah kapitalisme.
Penanggulangan pornografi tidak bisa hanya dilakukan oleh masyarakat sendiri secara kultural. Pornografi telah menjadi kejahatan yang begitu dahsyat. Kita tidak bisa hanya berharap kepada orang tua masing-masing agar melindungi anaknya dari serbuan pornografi yang begitu meruyak.
Pemahaman orang yang berbeda terhadap obyek yang dianggap merangsang hasrat seksual, bukanlah berarti kita menganggap bahwa pornografi tidak bisa diatur dan dibuat undang-undangnya. Itu adalah logika berpikir yang meloncat. Meski berbeda-beda, masyarakat tetap membutuhkan kepastian hukum mana yang merangsang mana yang tidak.
Menentang RUU Pornografi dengan beralasan adanya kekhawatiran hilangnya budaya di Papua adalah sebuah alasan yang sulit dimengerti. Kita seolah hendak membiarkan saudara kita di Papua terus berada dalam keterbelakangan dan budaya primitif tak ubahnya di zaman batu. Betapa tidak kita seolah tidak boleh mengubah mereka yang masih banyak hanya mengenakan koteka, bertelanjang dada, menutup alat vital sekedarnya.
Menentang RUU Pornografi dengan menampilkan pertunjukan erotis di jalan-jalan adalah tindakan yang sangat tidak bertanggung jawab. Hal ini justru menunjukkan bahwa para penentang itu memang hendak membela kebebasan yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dengan moralitas dan tata krama, dan tidak peduli akibat perbuatan mereka terhadap anak-anak yang menonton pertunjukan mereka.
Baca selanjutnya..

Selasa, 07 Oktober 2008

KENIKMATAN DAN KEBAHAGIAAN

Khutbah Jum'at


الحمد لله الذي مُعِزِّ من أطاعه و اتقاه. و مُذِلِّ من خالف أمره و عصاه. و هادي من تَوَجَّهَ إليه وَ اسْتَهْدَاه. أحمده سبحانه و تعالى حمدا يملأ أرضه و سماه. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له. و لا معبود بحقٍ سواه. شهادة أَدَّخِرُها ليوم لا ينفع فيه والدٌ ولدَه و لا و لدٌ أباه. وَ أَشْهَدُ أَنَّ سيدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الذي اصطفاه و اجتباه. اللهم صل و سلم على عبدك ز رسولك محمد و على اله و أصحابه و من نصره و اتبع هداه. أما بعد: فيا أيها الناس اتقوا الله تعالى فقد فاز من أطاعه و اتقاه. و خسر و خاب من كفر به و عصاه. و اعلموا أن التقوى هي الوقاية من عذاب النار. و انتهوا من الغفلات ة الإغترار. قال الله تعالى في القرآن الكريم: وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ اْلآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ.

Hadirin sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Marilah kita senantiasa berupaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita sepanjang hayat masih dikandung badan. Hal itu karena hidup memang penuh cobaan dan ujian. Jika kita tidak terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan, maka mungkin kita akan terjerumus dalam godaan dan perangkap kehidupan dunia yang fana ini. Kehidupan merupakan ladang ujian yang dipersiapkan oleh Allah untuk melihat kualitas seorang. Allah berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ: الملك: 2)
Artinya: Allah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk: 2)

Setiap orang tentu ingin memperoleh kebahagiaan, kesenangan, dan kenikmatan Mereka pun akhirnya menghabiskan waktu sepanjang hidup dalam upaya untuk memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan. Dalam pencarian terhadap kesenangan dan kebahagiaan itulah, justru banyak orang yang gagal dan akhirnya diperbudak oleh hawa nafsu. Orang yang sangat menyukai minuman keras, misalnya, menghabiskan waktunya sehingga tak terlewat satu hari pun tanpa mabuk-mabukan. Setiap uang hasil jerih payahnya bekerja ia habiskan untuk membeli berbotol-botol minuman keras. Pada saat ia sudah dikuasai oleh hawa nafsunya untuk mabuk-mabukkan itulah, maka justru ia semakin menjauh dari kenikmatan dan kebahagiaan yang ingin ia cari. Justru ia menggali liang kesengsaraannya sendiri. Betapapun, minuman keras pasti akan merusak jiwa dan badannya sendiri, serta menghalangi kita dari mengingat Allah. Allah berfirman:
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ (91)
Artinya: Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al-Maidah: 91)

Hadirin sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Orang-orang pun mencari kebahagiaan melalui berbagai cara. Bagi sebagian orang, mereka rela menghabiskan waktu, pikiran, tenaga, dan harta untuk mencari perempuan yang cantik atau lelaki yang tampan sebagai pasangan hidupnya. Seolah kecantikan atau ketampanan merupakan salah satu ukuran kebahagiaan dan kenikmatan bagi mereka. Mereka mengira bahwa jika mereka telah mendapatkan pasangan hidup yang cantik atau tampan, maka tentu mereka akan senang dan bahagia. Tapi ternyata setelah mereka mampu mendapatkan pasangan yang cantik atau ganteng, ternyata sering kali bukan kebahagiaan dan kesenangan yang mereka peroleh. Yang mereka peroleh justru prahara rumah tangga berkepanjangan yang berujung kepada perceraian. Rasa sakit hati dan penderitaan justru melingkup jiwa mereka. Padahal yang sebenarnya yang perlu dicari adalah kesalehan pribadi, bukan cantik atau gantengnya seseorang. Dalam hal ini, Nabi Muhammad bersabda:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ (رواه مسلم و النسائي و أحمد)
Artinya: Dunia adalah tempat untuk bersenang-senang. Dan sebaik-baik tempat bersenang-senang adalah perempuan yang salehah. (H.R. Muslim, Nasai, dan Ahmad)

Hadirin sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Ada juga sebagian orang yang menganggap bahwa kekayaan itulah yang akan membuat hidup mereka senang dan bahagia. Tak ayal, mereka pun berlomba dan bekerja keras untuk memperoleh harta sebanyak-banyaknya. Mereka mengira, jika sudah kaya raya, dan segala kebutuhan terpenuhi, pastilah mereka akan senang bahagia. Tapi yang sering kali terjadi justru sebaliknya. Saat mereka berlimpah kekayaan, saat itu pula derita demi derita datang menghampiri. Mereka justru disibukkan dengan berbagai cara agar harta tetap mereka miliki dan tidak hilang, sehingga mereka terus diliputi rasa gelisah dan khawatir. Tidur pun tak nyenyak dan hidup tak tenang. Saat sebagian hartanya diambil oleh Allah, baik lewat perampokan, pencurian, penipuan, bencana alam, dan sebagainya, mereka pun dirundung kesedihan.
Padahal kita hanyalah dititipi oleh Allah untuk mengelola harta tersebut dengan sebaik-baiknya demi kebaikan dan mensyukurinya. Sebenarnya secara hakiki, kita tidak pernah bisa memiliki harta. Jangankan harta yang sekarang ada pada kita, seluruh alam semesta dan segala isinya adalah milik Allah semata. Allah berfirman:
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ(ال عمران: 109 )
Artinya: Kepunyaan Allahlah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan. (QS. Ali Imran: 109)

Ada juga sebagian orang yang mengira bahwa jika nafsu berahinya dilampiaskan dengan banyak perempuan cantik, maka saat itulah mereka memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan. Namun justru kebahagiaan yang dicari seolah tak jua datang menghampiri, karena kepuasan berahi tidak akan pernah ada habisnya. Setiap kali nafsu berahinya dituruti, maka nafsu itu terus meminta untuk dituruti dan ditambahi, sehingga akhirnya justru memasung jiwanya. Ia akan terus mencari cara memuaskan hawa nafsunya sehingga menjadi lingkaran setan yang tak berujung. Padahal hawa nafsu akan cenderung menjerumuskan diri kita ke dalam kejahatan, kecuali jika kita mampu mengendalikannya. Allah berfirman:
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي (يوسف: 53)
Artinya: Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. (QS. Yusuf: 53)

Ada juga yang menganggap bahwa kebahagiaan dan kesenangannya adalah dengan menduduki jabatan atau kekuasaan. Ia mengira bahwa jika suatu jabatan ia peroleh, maka ia pun akan senang dan bahagia. Namun justru kebahagiaan yang dicari justru menjadi keresahan yang tak bertepi. Setiap kali suatu jabatan ia peroleh, ia pun hendak mencari lagi jabatan yang lebih tinggi dan lebih luas. Sehingga akhirnya pencarian jabatan itu terus-menerus menghantui jiwanya. Dan ketika suatu jabatan hilang dari tangannya, ia pun diperangkap oleh kesedihan dan keresahan yang tak berkesudahan. Padahal hanya Allah yang sebenarnya Penguasa dan Pemilik kekuasaan seutuhnya. Dialah yang memberi dan mencabut kekuasaan pada makhluk-Nya. Dalam hal ini, Allah berfirman:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (ال عمران: 26)

Artinya: Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran: 26)

Hadirin sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Sebagaimana dikatakan Al-Ghazali dalam Kimia Kebahagiaan, kebahagiaan yang sesungguhnya dan yang tertinggi adalah pertemuan dengan Allah dan bisa menatap wajah-Nya. Hal itu karena Allah adalah pencipta setiap kenikmatan dan kebahagiaan yang ada di alam semesta ini. Sementara setiap kenikmatan dan kebahagiaan yang bersumber pada hal-hal yang bersifat lahiriah, tidaklah akan kekal. Kebahagiaan dan kenikmatan demikian biasanya akan sirna seiring dengan perjalanan waktu. Ia akan berujung pada kebosanan dan kegelisahan. Sementara kebahagiaan pertemuan dengan Allah adalah sesuatu yang bersifat batiniah. Ia tidak akan sirna begitu saja. Ia tidak akan dihinggapi oleh rasa bosan.
Karena itulah, jangan terperangkap dalam pencarian yang tak berujung. Saat kita terus berupaya mengejar kesenangan duniawi, maka sebenarnya kita seolah hendak meminum air samudra. Nabi Isa a.s. bersabda: “Pencinta dunia ini seperti seseorang yang minum air laut; makin banyak minum, makin hauslah ia sampai akhirnya mati akibat kehausan yang tak terpuasi.”
Akhirnya, marilah kita terus bertakwa dan meningkatkan kualitas ketakwaan dan keimanan. Karena dengan meningkatnya kualitas ketakwaan dan keimanan kita, maka pada saat itu pula kebahagiaan hidup semakin banyak kita raih.

بارك الله لي و لكم بالآيات و الذكر الحكيم و تقبل مني و منكم تلاوته انه هو السميع العليم. و قل رب اغفر و ارحم و أنت خير الراحمين.
ooOoo
الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لو لا أن هدانا الله. أشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له. و أشهد أن محمدا عبده و رسوله لا نبي بعده .فيا عباد الله اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون. قال الله تعال في كتابه الكريم: إن الله و ملائكته يصلون على النبي. يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما. اللهم صل على سيدنا محمد و على آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم و على آل إبراهيم. اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات. ربنا اغفر لنا و لإخواننا الذين سبقونا بالإيمان و لا تجعل في قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا إنك رؤف رحيم. رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا في ابتغاء فضلك. اللهم أرنا الحق حقا و ارزقنا اتباعه و ارنا الباطل باطلا و ارزقنا اجنتابه. رَبِّنا أَوْزِعْنِا أَنْ نشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَينا وَعَلَى وَالِدَينا وَأَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ. اللهم افتح مسامع قلوبنا لذكرك و ارزقنا طاعتك و طاعة رسولك و عملا بكتابك. اللهم إنا نعوذبك من قلوب لا تخشع و من دعاء لا يسمع و من نفوس لا تشبع و من علم لا ينفع. اللهم انصر من نصر الدين و اخذل من خذل المسلمين. ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار. سبحانك ربك رب العزة عما يصفون و سلام على المرسلين و الحمد لله رب العالمين.
Baca selanjutnya..

Selasa, 30 September 2008

Dan Tuhan pun Berlebaran


Oleh: Abdul Kholiq
Lebaran berarti lebar, lebur, luber yang notabene merupakan sifat Allah Yang Maha Pengampun bagi manusia yang memang banyak membuat kekeliruan terhadap sesamanya, Penciptanya, dan bumi yang disediakan untuk mereka. Kalau kita melihat kecenderungan manusia dalam kehidupannya, kita menyadari bahwa mungkin manusia memang layak dihukum oleh Allah. Akibat kelalaian dan kecerobohan yang dibuat manusia, Allah pun punya banyak alasan untuk memberikan manusia hukuman yang setimpal. Tapi Gusti Allah sangat lebur; artinya memaafkan, mengampuni. Dalam Quran pun dinyatakan, Allah memiliki sifat ghafur artinya mengampuni, memaafkan. Jika Gusti Allah tidak memiliki sifat ghafur, manusia tentu dalam kehancuran. Dan manusia pun harus bisa memaknai segala sifat ketuhanan untuk bisa diterapkan pada kehidupan sesamanya. Pemaknaan itu dengan cara bahwa pengampunan harus melewati proses kesadaran dan pengakuan bahwa ia telah melakukan kekeliruan dan bersedia untuk memperbaiki kekeliruan tersebut. Jika kita telah mengambil sepatu milik teman kita, cara maaf adalah mengembalikan sepatu itu pada teman kita, meskipun tidak cukup dengan mohon maaf saja. Begitu juga kesalahan-kesalahan yang dibikin manusia terhadap Tuhannya. Manusia harus bersedia menggantikan kekeliruan yang dibuatnya dengan segala kesadaran untuk tidak mengulanginya lagi. Maka Tuhan pun akan melebur kesalahan-kesalahan dengan menggantikan jalan-jalan kemudahan bagi manusia.
Lebaran bagi banyak kalangan hanya sanggup dimaknai dengan baju baru dan bersilaturahmi. Mereka belum sampai untuk bisa menukik jauh ke dalam, menyelinap di balik makna-makna lebaran. Memang banyak manusia kurang berminat untuk menikmati keindahan makna-makna yang terkandung dalam setiap hal yang bersentuhan dengan dirinya. Lebih banyak hanya bisa dinikmati secara fisik ketimbang secara rohani, yang sebenarnya jauh lebih nikmat ketimbang menikmati baju-baju baru. Kita pun menyadari betapa sedikitnya penikmat jalan-jalan rohani. Di sisi lain, saat ini sedang terjadi proses pendangkalan dan pembusukan pada berbagai hal, karena ukuran-ukuran yang sering digunakan adalah ukuran seragam, peci, baju, titel haji, gelar akademik, yang sangat memungkinkan terjadi kekeliruan-kekeliruan fatal dalam penentuan sikap.
Idul Fitri --yang dirayakan jutaan orang dengan biaya yang tidak sedikit-- kurang bisa dimaknai dengan kecerdasan yang memadai. Seluruh manusia hiruk-pikuk merayakan dengan berbagai kegiatan, termasuk mega takbiran yang diselenggarakan pemerintah. Mereka menyangka bahwa dengan menyerukan takbir seantero langit, Tuhan pun merasa senang. Tapi Gusti Allah yang seharusnya diagungkan justru tidak dibesarkan bahkan dilupakan. Jika mereka, pemerintah, hendak berlebaran berarti lebar. Artinya, seharusnya mereka selesai dan rampung dari cara-cara untuk merampok kesejahteraan rakyat lantas memperbaiki kinerja yang masih amburadul; melihat kebijakan yang sedang berlangsung yang memungkinkan untuk rakyat bisa merasakan berlebaran sepanjang kehidupan bangsa; bukan hanya berlebaran sesaat; bergembira saat pulang kampung bertemu dengan sanak saudara; dan melupakan sesaat keresahan hidup. Memang tampaknya bangsa Indonesia tidak pernah berlebaran sesungguhnya,
Lebaran pun dijadikan sebagai ajang mengalihkan kegelisahan masyarakat urban yang tidak menemukan arti lebaran yang sesungguhnya. Hal itu karena kebijakan penguasa hanya seperti baju leberan, yang dipakaikan untuk orang yang sakit dan bukan mengobatinya agar sehat. Dengan membeli baju baru, mereka mengira hal itu bisa melupakan sakit mereka. Bangsa ini sedang melakukan penghancuran diri sendiri; memiskinkan diri sendiri; dengan merendahkan kebesaran-Nya. Dan yang paling mendasar, mereka tidak mengerti akan kebesaran-Nya.
Baca selanjutnya..

Senin, 29 September 2008

Shalat Berjamaah: Latihan Kepemimpinan dalam Islam

Kemarin malam, saya shalat tarawih di mushalla belakang rumah saya. Yang menjadi imam adalah paman saya yang usianya hampir 70 tahun. Saya sendiri berdiri tepat di belakang beliau. Saat itu, saya akui saya kurang khusyuk dalam shalat. Ketika sang imam kurang rakaatnya, saya pun jadi ragu-ragu untuk mengingatkan beliau. Walhasil, shalat pun diakhiri dengan jumlah rakaatnya yang kurang dari semestinya. Dus kesalahan imam harus ditanggung oleh seluruh makmum shalat tarawih saat itu. Orang-orang pun mengkritik saya yang tidak mengingatkan sang imam. Ah, memang tidak mudah untuk senantiasa khusyuk dalam shalat.
Dari kejadian tersebut, saya pun jadi tercenung. Ya, mencermati bagaimana orang Islam melaksanakan shalat berjamaah, adalah suatu yang menarik. Dalam ibadah tersebut, tercermin bagaimana memilih seorang pemimpin; bagaimana sang pemimpin melaksanakan kepemimpinannya; bagaimana rakyat menghadapi pemimpin mereka.
Sungguh indah ibadah shalat berjamaah. Orang Islam tidak hanya dididik untuk mengagungkan Tuhan, tapi juga bagaimana ia bersikap di tengah masyarakat. Mari kita perhatikan baik-baik. Dalam hukum Islam, imam shalat berjamaah adalah dipilih dari orang terbaik yang memang layak untuk memimpin shalat. Ia harus memiliki pengetahuan agama yang cukup, memiliki bacaan yang fasih, suaranya keras, berperilaku yang baik, dan lain-lain.
Hal ini menunjukkan betapa Islam mengajarkan bahwa kita tidak boleh ceroboh dalam memilih pemimpin. Orang yang kita tunjuk sebagai pemimpin adalah orang berkualitas yang memang memiliki kualifikasi sebagai pemimpin yang baik. Pemimpin adalah orang yang betul-betul cakap, mampu, dan amanah untuk mengemban amanat dari rakyat.
Seorang imam dalam shalat berjamaah adalah juga seorang pemimpin yang harus ditaati oleh para makmumnya. Setiap perintah dan aba-aba sang imam harus diikuti oleh para makmum. Tidak boleh para makmum mendahului atau tidak segera mengikuti perintah yang diberikan sang imam. Hal ini menunjukkan betapa Islam mengajarkan kepada orang-orang Islam untuk menaati pemimpin mereka; menaati hukum yang telah ditetapkan oleh sang pemimpin.
Meski kita diajarkan untuk menaati sang pemimpin, shalat berjamaah juga mengajarkan bagaimana rakyat boleh bahkan harus mengoreksi sang pemimpin jika melakukan kesalahan. Dalam shalat berjamaah, jika seorang imam salah dalam membaca Surah Alquran atau keliru dalam jumlah rakaat, misalnya, maka para makmum harus menegurnya dengan cara tertentu, yaitu bagi laki-laki dengan cara mengucapkan “subhanallah” dan bagi perempuan dengan cara menepukkan tangan ke tubuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin bukanlah malaikat yang tidak bisa melakukan kesalahan. Bahkan suatu Nabi pun pernah kesalahan dalam shalat berjamaah, sehingga beliau ditegur para makmum, lantas melakukan sujud sahwi.
Adanya tata cara tertentu dalam mengoreksi imam menunjukkan bahwa mengoreksi pemimpin harus mengikuti cara-cara tertentu yang santun dan tidak sembarangan. Hal ini agar kepemimpinan tetap berjalan dengan baik, dan shalat tetap terus dilangsungkan. Ketika kesalahan telah diperbaiki, sang imam melakukan sujud sahwi di akhir shalat, sebagai pertanda bahwa ia memang telah melakukan suatu kesalahan. Hal ini juga menunjukkan betapa seorang pemimpin harus dengan lapang dada dan berjiwa besar mengakui kesalahannya dan menerima kritikan dari rakyatnya.
Kritikan atau teguran dalam shalat berjamaah dilakukan oleh orang-orang yang berada di shaf paling depan yang paling dekat dengan imam. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus dikawal oleh orang-orang yang cakap dan memiliki pengetahuan yang berada di sekelilingnya. Karena itulah, dalam shalat berjamaah, orang-orang yang berada di shaf paling depan mestinya adalah orang-orang yang pandai dan cakap yang betul-betul bisa mengerti bagaimana seharusnya shalat dilakukan. Dengan demikian, orang-orang itu betul-betul bisa mengetahui ketika terjadi kesalahan dilakukan oleh sang imam.
Nah hal ini juga menunjukkan betapa dalam sebuah masyarakat, para tokoh dan cendekiawan yang memiliki pengetahuan dan kecakapan harus berada di dekat pemimpin sehingga betul-betul bisa mengoreksi sang pemimpin jika terjadi kesalahan. Para pemimpin tidak boleh dikelilingi oleh orang-orang yang tidak cakap dan tidak mengerti bagaimana tugasnya. Jika para pembantu sang pemimpin terdiri dari orang-orang yang tidak cakap, maka masyarakat akan menjadi korban jika pemimpin melakukan kesalahan dan tidak ada yang bisa atau berani mengoreksinya.
Ketika seorang imam melakukan sesuatu yang bisa membatalkan shalatnya, misalnya, dengan berkentut, maka ia pun harus digantikan oleh orang yang berada di dekatnya yang memang cakap untuk menjadi imam pengganti. Sementara shalat berjamaah pun tetap terus bisa dilaksanakan. Hal ini menunjukkan betapa orang-orang yang berada di sekeling imam adalah orang-orang yang betul-betul mampu dan cakap sehingga jika terjadi sesuatu yang membuat sang pemimpin harus lengser dari kekuasaannya, mereka bisa menggantikannya tanpa harus menimbulkan kekacauan.
Karena shalat berjamaah memberikan peluang bagi para makmum untuk mengingatkan atau bahkan menggantikan sang imam, maka para makmum pun tidak boleh lengah atau mengantuk dalam mengawasi jalannya kepemimpinan sang imam. Hal ini menggambarkan bahwa Islam mengajarkan kepada orang-orang Islam agar tidak lengah dan lupa mengawasi jalannya pemerintahan. Orang-orang Islam tidak boleh larut dengan pikiran dan kepentingan mereka masing-masing sehingga melupakan bahwa mereka adalah bagian dari jamaah yang harus ikut mengawasi jalannya kepemimpinan. Tugas pengawasan ini terutama dilakukan oleh tokoh atau orang-orang pandai yang memang mengerti bagaimana seharusnya memimpin.
Ada satu hal lagi yang membuat ajaran shalat berjamaah menjadi begitu indah. Shalat berjamaah merupakan ajang latihan bagi kita untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Kita dilatih untuk mengasah jiwa kepemimpinan. Seorang imam dituntut mampu untuk memobilisasi orang-orang agar mau shalat berjamaah. Tentu tidak mudah untuk mengajak agar orang-orang rela melakukan shalat berjamaah. Betapapun orang per orang masing-masing memiliki ego dan kepentingan bermacam-macam. Mengajak melakukan shalat berjamaah berarti mengajak orang lain untuk melepaskan ego dan kepentingannya agar sudi menjadi makmum (pengikut) di bawah komando seorang imam (pemimpin). Jika kita berhasil mengajak orang lain untuk shalat berjamaah, maka kita sudah berhasil setapak untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Sebagai latihan awal, kita bisa membiasakan shalat berjamaah di lingkungan keluarga kita sendiri: istri dan anak sebagai para pengikut (makmum). .Jika kita sudah terbiasa menjadi pemimpin (imam) di lingkungan yang kecil, maka kita memiliki pengalaman untuk menjadi pemimpin di skala yang lebih besar.
Begitulah. Betapa indah ajaran Islam. Sayang sekali, orang-orang Islam sendiri banyak yang tidak menyadarinya. Wallahu a’lam.
Baca selanjutnya..

Sabtu, 27 September 2008

Perempuan Berbugil Ria

Perempuan yang membuka auratnya, bahkan hingga auratnya yang paling pribadi, merupakan perempuan pemberani. Pasukan berani malu! Sungguh, perempuan yang berani menggadaikan kehormatannya dengan harga sangat murah! Mengapa murah? Karena kehormatan perempuan memang sangat mahal sehingga tidak bisa diukur dengan materi. Apalah artinya uang jutaan dari hasil pemotretan foto bugil jika kemudian kehormatan sebagai perempuan lenyap dari dirinya.
Di belahan dunia yang paling sekuler dan liberal sekalipun, seorang wanita yang menghargai dan menghormati dirinya tidak akan memamerkan aurat tubuhnya di depan umum. Tanyakan saja, pada Hillary Clinton, apakah ia mau berfoto bugil di depan kamera lantas foto itu dipublikasikan ke khalayak umum. Aku yakin ia pasti menolak ide gila itu. Bukannya popularitas yang akan ia dapat guna menggapai impiannya sebagai presiden Amerika, tapi justru cacian dan makian yang justru semakin menjatuhkannya ke liang paling dasar dari bursa pencalonan presiden Amerika.
Mungkin ada yang berkata, “Terang aja, Hillary tidak mau. Dia kan merasa nggak cantik. Tidak seksi dan fashionable.” Meskipun Hillary Clinton seorang perempuan cantik, dulunya merupakan artis yang seksi, pernah difoto bugil, dan masih muda, tetap saja ia kini tidak akan mau mempertaruhkan reputasinya sebagai perempuan terhormat yang juga istri dari mantan seorang presiden. Saya yakin, ia tidak sudi memamerkan auratnya di muka umum layaknya para fotomodel Playboy atau Penthouse. Ia tidak akan bertindak konyol dengan mencampakkan peluangnya untuk menjadi presiden hanya karena foto bugil yang juga konyol. Masih dalam ingatan kita, betapa banyak hujatan dan cacian kepada Dewi Soekarno yang notabene mantan istri Presiden Soekarno. Saat itu dengan bangganya, Dewi Soekarno berfoto bugil ria dan dipublikasikan ke seantero jagat.
Dengan demikian, konsep aurat perempuan yang diperkenalkan oleh Islam, sebenarnya diakui pula oleh masyarakat di belahan manapun di muka bumi, termasuk negeri paling liberal dan sekuler sekalipun. Kebebasan seks dan kebebasan informasi ternyata tidak serta merta menghilangkan habis nurani manusia tentang arti menjaga aurat dan kehormatan diri.
Terkadang aku berpikir, betapa anehnya perempuan modern di masyarakat sekarang. Mereka berteriak tidak mau dilecehkan. Tapi di sisi lain, mereka dengan sukarela menjadikan dirinya sasaran pelecehan orang lain. Jika Dewi Persik tidak ingin dilecehkan, maka jagalah kehormatan dirinya; bungkuslah tubuhnya dengan sopan. Bukan dengan memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya di depan banyak orang, termasuk para lelaki kurang ajar yang mudah terpancing berahinya. Sungguh tidak logis.
Aku pernah membaca koran tentang seorang artis Italia yang doyan berbugil ria di depan kamera, bahkan di depan banyak orang di tengah lapangan sepak bola jika klubnya berhasil menang. Tak ayal ia pun dikenal sebagai artis yang seksi dan mampu mengaduk-aduk berahi para lelaki yang melihatnya. Tentu saja logis, jika kemudian ada lelaki yang mengajaknya tidur bersama. Tentu saja masuk akal, jika kemudian banyak lelaki menganggapnya sebagai perempuan yang bisa diajak kencan. Karena itu, menjadi lucu jika kemudian sang artis itu mencak-mencak ketika ada beberapa pemain sepak bola terkenal yang mengajaknya bermain seks. Bukankah artis itu sendiri sudah menyediakan dirinya sendiri secara suka rela untuk dianggap sebagai perempuan murahan? Kenapa harus marah-marah?
Terkadang para feminis membantah bahwa hal itu karena kaum lelaki yang tidak bisa menghargai perempuan dan pikirannya sudah kotor. Kalau lelaki yang melihat seorang perempuan berpakaian seksi, tapi pikirannya tidak kotor dan melayang kemana-mana, tentu tidak akan terjadi masalah.
Sesungguhnya, menurutku, pendapat kaum feminis adalah sangat absurd. Apa yang terpikir oleh seorang lelaki di dalam otaknya juga merupakan refleksi dari apa yang dilihatnya. Ada prinsip sebab akibat, prinsip kausalitas. Adalah suatu hal yang lumrah jika lelaki akan terangsang jika melihat pemandangan yang mengaduk-aduk berahinya. Justru merupakan tidak normal, jika lelaki memandang perempuan yang berpenampilan seksi, namun tidak terangsang. Persoalannya kemudian, apakah rangsangan itu bisa dikendalikan oleh si lelaki atau tidak. Itu yang berbeda antara satu lelaki dengan lelaki lain.
Hukum Islam kuyakini bersifat universal, sangat manusiawi, rasional, dan alamiah. Hukum Islam menyuruh perempuan menutup auratnya dan menyuruh lelaki serta perempuan untuk menjaga penglihatannya. Hal itu karena sudah sangat jelas, aurat perempuan yang terbuka dan pandangan lelaki yang tidak dikendalikan adalah bisa menjadi sumber malapetaka. Pemerkosaan adalah harga yang mahal untuk menebus kebebasan yang diobral di masyarakat kita.

Perlu Dikasihani
Perempuan yang berbugil ria sebenarnya perlu dikasihani. Mengapa? Karena sesungguhnya ia telah merendahkan dirinya sendiri sehingga tak ubahnya seperti binatang. Ia telah melepaskan harkat dirinya sebagai manusia. Bagaimanapun, binatang tidak memerlukan baju. Binatang juga tidak memiliki rasa malu. Sesuai dengan naluri kebinatangannya, seekor binatang betina berperilaku menggoda sang pejantan. Sementara sang pejantan berusaha mendekati sang betina sehingga bisa memuaskan naluri berahi.
Begitupula dengan seorang perempuan yang membuka bajunya dan memamerkan auratnya. Sesungguhnya saat itu, ia tak ubahnya seekor binatang betina yang sedang menggoda sang pejantan. Binatang tidak memerlukan lembaga perkawinan untuk melampiaskan nafsu berahinya. Dengan demikian, manusia yang melakukan hubungan tidak dalam ikatan lembaga perkawinan, sesungguhnya mereka sedang meniru perilaku binatang. Atau paling tidak, mereka sedang kembali ke zaman manusia primitif yang memang tidak mengenal lembaga pernikahan.
Apa yang akan terjadi jika manusia sudah merendahkan dirinya sehingga ke derajat binatang? Kesengsaraan dan kehinaan. Makhluk yang berperilaku tidak sesuai dengan tujuan penciptaannya, maka sesungguhnya ia berperang melawan kodratnya. Peperangan itu hanya akan melahirkan kesengsaraan dan kehinaan. Bukankah manusia diciptakan agar ia bisa menjadi makhluk yang mulia di antara makhluk-makhluk Tuhan yang lain? Manusia telah dianugerahi akal, hati nurani, dan dipandu oleh kitab suci. Perangkat-perangkat itu bisa ia gunakan untuk mencapai derajat yang tinggi sebagai makhluk dan meraih kebahagiaan yang lebih hakiki.
Kebahagiaan bukanlah diukur dari kepuasan seksual. Jika kepuasan seksual adalah ukuran kebahagiaan, tentu saja para pelacur adalah orang-orang yang paling berbahagia di muka bumi ini. Dus, orang yang tidak menjalani kebahagiaan hidup seks bebas adalah orang yang paling tidak berbahagia. Tapi, lihatlah. Apakah para pelacur itu berbahagia dengan kebahagiaannya? Saya yakin, tidak. Betapa banyak pelacur yang meregang nyawa diterjang penyakit kelamin. Betapa banyak pelacur yang hidup terlunta-lunta di hari tuanya karena telah mengukir kehinaan di jidatnya dengan perbuatan lacurnya. Justru kebahagiaan yang sebenarnya adalah ketika manusia mampu mengendalikan nafsu seksualnya. Karena sesungguhnya, nafsu seksual jika senantiasa dituruti, ia akan menyiksa manusia hingga manusia menjadi budak nafsu itu sendiri. Sebaliknya, jika nafsu seksual dikendalikan dan disalurkan sesuai dengan titah Tuhan, ia akan menjadi mosaik kebahagiaan yang menghiasi hidup manusia.
Baca selanjutnya..

Jumat, 26 September 2008

Islam dan Korupsi

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَ دِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلىَ الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. وَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ اَلِهِ وَ صَحْبِه أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ: فَياَ عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا لاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ باِلْبَاطِلِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ.

Hadirin sidang Jumat yang mulia
Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah. Karena keimanan dan ketakwaan kita bukanlah suatu hal yang tetap dan tidak bisa berubah. Iman dan takwa bisa mengalami perubahan, naik atau turun, bertambah atau berkurang. Karena itulah, kita pun harus senantiasa menjaga, memperbaharui, dan meningkatkan iman serta takwa kita. Apalagi di tengah zaman yang semakin menghalalkan segala cara, kita tidak pernah tahu, apakah besok kita masih tergolong orang yang beriman atau justru terjerumus ke dalam lubang kekafiran. Maka dari itu, hanya kepada Allah sajalah kita memohon, agar senantiasa memperoleh taufiq dan hidayah-Nya.

Sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Salah satu upaya kita menjaga keimanan dan ketakwaan kita adalah dengan cara mencari harta yang halal. Dengan kata lain, harta yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya diperoleh dari cara-cara yang sesuai dengan ketentuan agama dan negara. Sebaliknya, Allah pun melarang kita menggunakan cara-cara batil (melanggar hukum) dalam memperoleh harta. Allah berfirman:
وَلاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (البقرة: 188)
Dan janganlah sebagian kalian memakan harta orang lain dengan cara yang batil dan (janganlah) kalian membawa (urusan) harta itu kepada hakim, agar kalian dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan cara licik, padahal kalian menyadari. (QS. al-Baqarah: 188)

Harta yang diperoleh dengan cara yang bersih dan halal, akan mendatangkan ketenteraman dan ketenangan meskipun jumlahnya sedikit. Apalagi jika harta yang bersih dan halal itu, disikapi dengan rasa syukur kepada Allah, Dzat yang Maha Kaya dan Maha Pemberi Rizki.

Sidang Jum’at, jama’ah Islamiyah yang dimuliakan Allah
Salah satu cara tidak halal dalam memperoleh harta adalah korupsi. Namun justeru sekarang korupsi merupakan salah satu bentuk kejahatan yang banyak terjadi. Jika pada pemerintahan beberapa waktu silam, korupsi hanya terjadi pada segelintir orang yang dekat dengan pusat kekuasaan negara, maka saat ini ia menjadi kejahatan yang terjadi nyaris di semua lembaga di negeri ini, mulai dari yang paling bawah di tingkat desa, hingga paling atas di tingkat pusat.

Meski banyak merugikan negara dan kemaslahatan umat, para pelaku korupsi di negeri ini justru banyak yang terlepas dari jeratan hukum. Pada ayat di atas, Allah sendiri telah mensinyalir adanya orang yang membawa persoalannya ke pengadilan, namun ia tidak bermaksud untuk mencari keadilan. Pengadilan itu justru ia manfaatkan guna membebaskan dirinya dari jeratan hukum dan membuatnya seolah berhak untuk mengambil harta yang bukan miliknya. Saat itulah, pengadilan pun sudah bisa dibeli. Sungguh rasa keadilan masyarakat seolah tercabik-cabik. Jika seorang pencuri ayam, bisa langsung ditangkap atau bahkan dihakimi massa, maka pencuri uang negara milyaran rupiah, bahkan ada yang sampai trilyun, bisa dengan mudah lepas, tanpa menjalani hukuman apapun! Dan juga yang sangat menyakitkan, terkadang para koruptor itu justru tetap menjadi pemimpin-pemimpin kita; tampil di tengah-tengah masyarakat seolah tidak merasa berdosa apapun.

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Kita sebagai umat Islam, bagaimanapun telah diajarkan oleh Nabi SAW untuk menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran; termasuk mencegah kemungkaran dalam bentuk korupsi. Dalam sebuah hadis beliau bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ (وواه مسلم)
Barangsiapa di antara kalian yang mengetahui suatu kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangan (kekuasaan)-nya. Jika ia tidak mampu (merubah dengan tangannya), maka rubahlah dengan lisannya. Jika ia juga tidak mampu (merubah dengan lisannya), maka rubahlah dengan hatinya. Dan itu merupakan selemah-lemahnya iman. (H.R. Muslim).

Kita harus mencegah kejahatan korupsi sesuai dengan kemampuan kita masing-masing sesuai dengan urut-urutan pencegahan yang diajarkan oleh Nabi di atas. Jika kita sebagai rakyat kecil yang tidak memiliki kekuasaan dan jabatan apapun, maka paling tidak kita menolak kemungkaran itu di dalam hati. Namun itu adalah jalan terakhir jika dua cara pencegahan sebelumnya, dengan tangan dan lisan, tidak mampu kita lakukan. Penolakan di dalam hati itu merupakan wujud selemah-lemahnya iman.

Sebagai bagian dari masyarakat, kita tidak bisa bersikap masa bodoh dengan kemungkaran-kemungkaran tersebut. Kita tidak bisa berlindung di balik alasan: “Masalah negara sudah yang memikirkan. Kita sebagai rakyat kecil tidak perlu pusing-pusing memikirkannya.” Tidak! Kita tidak boleh beralasan seperti itu, karena kita semua sama-sama ikut bertanggung jawab terhadap baik buruknya masyarakat dan negara. Jika kita membiarkan saja kemungkaran-kemungkaran itu terjadi di depan mata kita, maka berarti kita membiarkan masyarakat kita menjadi rusak. Jika masyarakat telah rusak, maka azab Allah tidak hanya menimpa kepada orang-orang yang melakukan kejahatan saja, tapi juga orang-orang baik yang tidak melakukan apa-apa. Sebagaimana jika kita membiarkan para pencuri menebangi kayu-kayu jati di Alas Cikamurang sehingga hutan kita menjadi gundul, maka banjir yang akan datang tidak hanya menimpa para pencuri itu, tapi kita semua akan merasakan kerugiannya, termasuk anak-anak, ternak, sawah, dan harta benda lain yang kita miliki. Karena itulah, Allah berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (الأنفال:25)
Dan peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (Qs. Al-Anfal: 25).

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Sebenarnya masih ada cara yang bisa kita lakukan sebagai rakyat kecil dalam menghadapi kemungkaran-kemungkaran tersebut. Masih ada cara minimal yang bisa dilakukan oleh umat Islam sebagai wujud pencegahan kemungkaran. Misalnya, cara itu adalah dengan tidak memilih dan mengangkat para pemimpin yang dicurigai terlibat korupsi. Bagaimana mungkin kita berharap masyarakat menjadi lebih baik, adil, dan sejahtera jika pemimpin yang kita pilih adalah orang yang tidak jujur dan tidak bisa mengemban amanah?! Sungguh sangat naif jika kita memilih orang-orang semacam itu sebagai pemimpin.

Di samping itu, jangan kita mau menerima sumbangan dalam bentuk apapun dari para pejabat yang diduga kuat banyak melakukan tindak korupsi. Kita baru menerima sumbangan itu jika kita mengetahui persis bahwa sumbangan tersebut merupakan hartanya pribadi yang diperoleh secara halal dan tidak melanggar hukum. Atau kita bisa menerima sumbangan tersebut jika kita mengetahui persis bahwa sumbangan itu memang diperuntukkan dan dianggarkan secara resmi untuk diri kita atau lembaga kita.

Jika kita mau menerima sumbangan dari seorang pejabat yang diduga kuat banyak melakukan tindak korupsi, misalnya untuk lembaga pendidikan atau keagamaan yang kita kelola, maka sadar atau tidak kita berarti telah menggunakan uang haram, atau paling tidak syubhat. Kemudian, jika sesuatu dibiayai dengan uang haram, maka ia tidak akan berjalan dengan baik. Selain itu, jika kita menerima sumbangan dari para pejabat korup itu, maka tanpa sadar kita seolah menghalalkan tindakan korupsi yang ia lakukan. Dengan kata lain, secara tidak langsung kita menghalalkan sesuatu yang sebenarnya haram. Dalam kaitan tersebut, Nabi menjelaskan:
َالْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُورٌ مُشْتَبِهَةٌ فَمَنْ تَرَكَ مَا شُبِّهَ عَلَيْهِ مِن الإِثْمِ كَانَ لِمَا اسْتَبَانَ أَتْرَكَ وَمَنْ اجْتَرَأَ عَلَى مَا يَشُكُّ فِيهِ مِنْ الْإِثْمِ أَوْشَكَ أَنْ يُوَاقِعَ مَا اسْتَبَانَ وَالْمَعَاصِي حِمَى اللهِ مَنْ يَرْتَعْ حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ (رواه البخاري)
Halal itu jelas dan haram itu juga jelas. Sedang yang berada di antara keduanya adalah hal-hal yang subhat (samar). Maka barangsiapa meninggalkan hal-hal yang subhat, maka berarti ia telah meninggalkan sesuatu yang telah jelas haram. Barangsiapa yang berani melakukan sesuatu yang diduga termasuk dosa, maka berarti ia nyaris tergelincir melakukan sesuatu yang jelas haram. Dan kemaksiatan adalah larangan Allah. Barangsiapa yang mendekati larangan tersebut, berarti ia nyaris tergelincir melakukan larangan tersebut. (H.R. Bukhari).

Hadirin sidang Jum’at rahimakumullah
Sekali lagi kita marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita. Salah satunya adalah dengan cara mencari harta yang halal; lantas mensyukuri dan mengelolanya dengan sebaik mungkin. Di antara cara mensyukuri anugerah harta yang diberikan oleh Allah tersebut adalah dengan cara mengeluarkan zakat atau sedekah. Harta yang kita miliki akan diberkahi Allah jika ia bisa bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Karena itulah, mumpung mesjid kita ini sedang melaksanakan proyek pembangunan madrasah, maka marilah kita berlomba-lomba menyumbangkan sebagian harta kita untuk kegiatan tersebut.

Harta yang disumbangkan tersebut kelak akan menjadi amal jariah yang akan menolong kita di akhirat nanti. Harta yang kita sumbangkan dengan tulus ikhlas merupakan ungkapan terima kasih kita kepada Allah yang telah memberikannya kepada kita. Jika kita mengurangi jumlah harta kita, karena menyumbangkannya di jalan Allah, maka tanpa kita sadar, sesungguhnya Allah akan menambah jumlah harta kita melebihi dari jumlah yang telah kita sumbangkan. Hal itu Allah tegaskan dalam firman-Nya:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيم ٌ(البقرة: 261)
Perumpamaan orang-orang yang menyumbangkan hartanya di jalan Allah adalah laksana menanam sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir berisi seratus biji. Begitulah, Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapapun yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Baqarah: 261).

باَرَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ بِاْلأَياَتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ مِنيِّ وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَ قُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى هَدَانَا لِهَذَا وَماَ كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ اَنْ هَدَاناَ اللهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ إِلاَّ الله وحده لا شريك له. وَ أَشْهَد أن محمدا عبده و رسوله لا نيي بعده. قال الله تَعَالىَ فِي كِتَابِه الكريم: ان الله و ملائكته يصلون على النبي. يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما. اللهم صل على سيدنا محمد و على ال سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم و على ال إبراهيم. اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الاحياء منهم و الاموات. ربنا اغفر لنا و لإخواننا الذين سبقونا بِاْلإِيْمَانِ و لا تجعل فى قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا إنك رؤف رحيم. رب اغفر لنا ولوالدينا ولمن دخل بيوتنا مؤمنين وللمؤمنين والمؤمنات ولا تزد الظالمين إلا تبارا. اللهم أصلح لنا ديننا الذى هو عصمة أمرنا و أصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا و أصلح لنا آخرتنا التي فيها معادنا و اجعل الحياة زيادة لنا في كل خير و اجعل الموت راحة لنا من كل شر. ربنا اتنا فى الدنيا حسنة و فى الأخرة حسنة و قنا عذاب النار. سبحانك ربك رب العزة عما يصفون و سلام على المرسلين و الحمد لله رب العالمين. Baca selanjutnya..