Sabtu, 27 September 2008

Perempuan Berbugil Ria

Perempuan yang membuka auratnya, bahkan hingga auratnya yang paling pribadi, merupakan perempuan pemberani. Pasukan berani malu! Sungguh, perempuan yang berani menggadaikan kehormatannya dengan harga sangat murah! Mengapa murah? Karena kehormatan perempuan memang sangat mahal sehingga tidak bisa diukur dengan materi. Apalah artinya uang jutaan dari hasil pemotretan foto bugil jika kemudian kehormatan sebagai perempuan lenyap dari dirinya.
Di belahan dunia yang paling sekuler dan liberal sekalipun, seorang wanita yang menghargai dan menghormati dirinya tidak akan memamerkan aurat tubuhnya di depan umum. Tanyakan saja, pada Hillary Clinton, apakah ia mau berfoto bugil di depan kamera lantas foto itu dipublikasikan ke khalayak umum. Aku yakin ia pasti menolak ide gila itu. Bukannya popularitas yang akan ia dapat guna menggapai impiannya sebagai presiden Amerika, tapi justru cacian dan makian yang justru semakin menjatuhkannya ke liang paling dasar dari bursa pencalonan presiden Amerika.
Mungkin ada yang berkata, “Terang aja, Hillary tidak mau. Dia kan merasa nggak cantik. Tidak seksi dan fashionable.” Meskipun Hillary Clinton seorang perempuan cantik, dulunya merupakan artis yang seksi, pernah difoto bugil, dan masih muda, tetap saja ia kini tidak akan mau mempertaruhkan reputasinya sebagai perempuan terhormat yang juga istri dari mantan seorang presiden. Saya yakin, ia tidak sudi memamerkan auratnya di muka umum layaknya para fotomodel Playboy atau Penthouse. Ia tidak akan bertindak konyol dengan mencampakkan peluangnya untuk menjadi presiden hanya karena foto bugil yang juga konyol. Masih dalam ingatan kita, betapa banyak hujatan dan cacian kepada Dewi Soekarno yang notabene mantan istri Presiden Soekarno. Saat itu dengan bangganya, Dewi Soekarno berfoto bugil ria dan dipublikasikan ke seantero jagat.
Dengan demikian, konsep aurat perempuan yang diperkenalkan oleh Islam, sebenarnya diakui pula oleh masyarakat di belahan manapun di muka bumi, termasuk negeri paling liberal dan sekuler sekalipun. Kebebasan seks dan kebebasan informasi ternyata tidak serta merta menghilangkan habis nurani manusia tentang arti menjaga aurat dan kehormatan diri.
Terkadang aku berpikir, betapa anehnya perempuan modern di masyarakat sekarang. Mereka berteriak tidak mau dilecehkan. Tapi di sisi lain, mereka dengan sukarela menjadikan dirinya sasaran pelecehan orang lain. Jika Dewi Persik tidak ingin dilecehkan, maka jagalah kehormatan dirinya; bungkuslah tubuhnya dengan sopan. Bukan dengan memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya di depan banyak orang, termasuk para lelaki kurang ajar yang mudah terpancing berahinya. Sungguh tidak logis.
Aku pernah membaca koran tentang seorang artis Italia yang doyan berbugil ria di depan kamera, bahkan di depan banyak orang di tengah lapangan sepak bola jika klubnya berhasil menang. Tak ayal ia pun dikenal sebagai artis yang seksi dan mampu mengaduk-aduk berahi para lelaki yang melihatnya. Tentu saja logis, jika kemudian ada lelaki yang mengajaknya tidur bersama. Tentu saja masuk akal, jika kemudian banyak lelaki menganggapnya sebagai perempuan yang bisa diajak kencan. Karena itu, menjadi lucu jika kemudian sang artis itu mencak-mencak ketika ada beberapa pemain sepak bola terkenal yang mengajaknya bermain seks. Bukankah artis itu sendiri sudah menyediakan dirinya sendiri secara suka rela untuk dianggap sebagai perempuan murahan? Kenapa harus marah-marah?
Terkadang para feminis membantah bahwa hal itu karena kaum lelaki yang tidak bisa menghargai perempuan dan pikirannya sudah kotor. Kalau lelaki yang melihat seorang perempuan berpakaian seksi, tapi pikirannya tidak kotor dan melayang kemana-mana, tentu tidak akan terjadi masalah.
Sesungguhnya, menurutku, pendapat kaum feminis adalah sangat absurd. Apa yang terpikir oleh seorang lelaki di dalam otaknya juga merupakan refleksi dari apa yang dilihatnya. Ada prinsip sebab akibat, prinsip kausalitas. Adalah suatu hal yang lumrah jika lelaki akan terangsang jika melihat pemandangan yang mengaduk-aduk berahinya. Justru merupakan tidak normal, jika lelaki memandang perempuan yang berpenampilan seksi, namun tidak terangsang. Persoalannya kemudian, apakah rangsangan itu bisa dikendalikan oleh si lelaki atau tidak. Itu yang berbeda antara satu lelaki dengan lelaki lain.
Hukum Islam kuyakini bersifat universal, sangat manusiawi, rasional, dan alamiah. Hukum Islam menyuruh perempuan menutup auratnya dan menyuruh lelaki serta perempuan untuk menjaga penglihatannya. Hal itu karena sudah sangat jelas, aurat perempuan yang terbuka dan pandangan lelaki yang tidak dikendalikan adalah bisa menjadi sumber malapetaka. Pemerkosaan adalah harga yang mahal untuk menebus kebebasan yang diobral di masyarakat kita.

Perlu Dikasihani
Perempuan yang berbugil ria sebenarnya perlu dikasihani. Mengapa? Karena sesungguhnya ia telah merendahkan dirinya sendiri sehingga tak ubahnya seperti binatang. Ia telah melepaskan harkat dirinya sebagai manusia. Bagaimanapun, binatang tidak memerlukan baju. Binatang juga tidak memiliki rasa malu. Sesuai dengan naluri kebinatangannya, seekor binatang betina berperilaku menggoda sang pejantan. Sementara sang pejantan berusaha mendekati sang betina sehingga bisa memuaskan naluri berahi.
Begitupula dengan seorang perempuan yang membuka bajunya dan memamerkan auratnya. Sesungguhnya saat itu, ia tak ubahnya seekor binatang betina yang sedang menggoda sang pejantan. Binatang tidak memerlukan lembaga perkawinan untuk melampiaskan nafsu berahinya. Dengan demikian, manusia yang melakukan hubungan tidak dalam ikatan lembaga perkawinan, sesungguhnya mereka sedang meniru perilaku binatang. Atau paling tidak, mereka sedang kembali ke zaman manusia primitif yang memang tidak mengenal lembaga pernikahan.
Apa yang akan terjadi jika manusia sudah merendahkan dirinya sehingga ke derajat binatang? Kesengsaraan dan kehinaan. Makhluk yang berperilaku tidak sesuai dengan tujuan penciptaannya, maka sesungguhnya ia berperang melawan kodratnya. Peperangan itu hanya akan melahirkan kesengsaraan dan kehinaan. Bukankah manusia diciptakan agar ia bisa menjadi makhluk yang mulia di antara makhluk-makhluk Tuhan yang lain? Manusia telah dianugerahi akal, hati nurani, dan dipandu oleh kitab suci. Perangkat-perangkat itu bisa ia gunakan untuk mencapai derajat yang tinggi sebagai makhluk dan meraih kebahagiaan yang lebih hakiki.
Kebahagiaan bukanlah diukur dari kepuasan seksual. Jika kepuasan seksual adalah ukuran kebahagiaan, tentu saja para pelacur adalah orang-orang yang paling berbahagia di muka bumi ini. Dus, orang yang tidak menjalani kebahagiaan hidup seks bebas adalah orang yang paling tidak berbahagia. Tapi, lihatlah. Apakah para pelacur itu berbahagia dengan kebahagiaannya? Saya yakin, tidak. Betapa banyak pelacur yang meregang nyawa diterjang penyakit kelamin. Betapa banyak pelacur yang hidup terlunta-lunta di hari tuanya karena telah mengukir kehinaan di jidatnya dengan perbuatan lacurnya. Justru kebahagiaan yang sebenarnya adalah ketika manusia mampu mengendalikan nafsu seksualnya. Karena sesungguhnya, nafsu seksual jika senantiasa dituruti, ia akan menyiksa manusia hingga manusia menjadi budak nafsu itu sendiri. Sebaliknya, jika nafsu seksual dikendalikan dan disalurkan sesuai dengan titah Tuhan, ia akan menjadi mosaik kebahagiaan yang menghiasi hidup manusia.

Posting Komentar