Senin, 03 November 2008

Cantik dan Tampan


Betapa banyak perempuan cantik dan lelaki tampan. Tetapi siapa yang bisa menjamin perempuan cantik dan lelaki tampan itu juga memiliki hati dan perilaku yang baik? Bahkan sering kali perempuan cantik dan lelaki tampan itu laksana buah yang manis di luar tetapi ternyata ada ulat di dalamnya. Karena itulah, tidak serta merta setiap perempuan nan cantik dan lelaki nan tampan itu jadi cocok menjadi pasangan bagi orang yang mengagumi dan tertarik padanya.
Secara lahiriah, Luna Maya memang cantik. Mungkin tidak ada orang yang membantahnya. Secara fisik, Christian Sugiono juga ganteng nian. Namun mari kita merenung lebih dalam. Sering kali kita mengagumi keindahan fisik seseorang karena sebenarnya kita tidak betul-betul mengenal lebih detil dan lebih dekat terhadap orang tersebut. Kita mengenalnya hanya lewat televisi, tabloid, majalah, dan media massa lain. Ada jarak yang cukup jauh antara diri kita dengan obyek orang yang kita kagumi keindahan fisiknya. Ada make up, angel kamera, arahan gaya, dan lain-lain yang membuat seseorang tampak cantik atau tampan. Padahal mungkin saja, saat kita mengenal lebih dekat bagaimana kesehariannya, ia tidaklah seindah yang kita bayangkan.
Karena kita kurang mengenal lebih dalam terhadap orang yang kita kagumi keindahan fisiknya itu, maka kita pun tidak mengenal hal-hal negatif yang juga dimiliki oleh orang yang kita kagumi itu. Mungkin saja seorang Luna Maya, misalnya, tidak akan tampak cantik jika ia baru bangun tidur dengan wajah kucel tanpa make upa serta rambut yang awut-awutan. Begitu pula seorang Tora Sudiro mungkin saja tidak akan tampak tampan di mata kita ketika mengetahuinya sedang mabuk sempoyongan lantas terjerembab di sebuah got yang kotor.
Penilaian terhadap kecantikan atau ketampanan seseorang juga berkaitan dengan keindahan batin dan perilaku. Dalam bahasa lain, ada inner beauty. Karena itulah, banyak orang, termasuk saya, juga tidak lagi menganggap “cantik” terhadap Siti Nurhaliza ketika ia “merebut” suami orang. Saat keindahan fisik tidak dibarengi dengan keindahan hati dan perilaku maka saat itulah, keindahan fisik menjadi kurang bermakna. Keindahan fisiknya tidak lebih dari godaan yang menjebak bagi orang yang mengaguminya. Kecantikan seorang Astri Ivo yang menggunakan busana tertutup dan tidak pernah terdengar bermasalah dalam rumah tangganya, tentu berbeda 180 derajat dengan kecantikan seorang Five Vi yang suka mengumbar lekuk tubuhnya dan rumah tangganya yang berantakan. Yang satu kecantikan yang menimbulkan keteduhan, sedang yang satunya kecantikan yang menimbulkan kegelisahan karena godaan seksualnya.
Di sisi lain, seorang yang mengagumi kecantikan atau ketampanan orang lain, mestinya juga harus menyadari bahwa belum tentu orang yang dikagumi betul-betul cocok dengan dirinya. Mestinya seseorang harus belajar menerima apa adanya pasangannya yang selama ini mendampingi dirinya. Mungkin pasangan kita selama ini tidak secantik atau setampan artis yang kita kagumi. Namun kita sudah betul-betul mengalami dan merasakan cinta, kebaikan, dan kasih sayang pasangan kita selama ini. Sementara orang yang kita kagumi kecantikan atau ketampanannya belum tentu ia sebaik pasangan kita sekarang.
Jadi marilah, kita belajar untuk menerima apa adanya dengan kondisi pasangan kita selama ini. Orang Jawa bilang nrimo. Orang Arab bilang qana’ah. Tak ada gunanya perempuan cantik jika ia mengumbar kecantikannya kepada setiap lelaki dengan tingkah laku yang genit. Tak ada kesetiaan cinta yang ia pegang erat. Tak ada gunanya lelaki ganteng jika ia memanfaatkan kegantengannya hanya untuk menyakit banyak hati wanita. Ia tebarkan banyak cinta semu kepada banyak wanita.

Posting Komentar